Manifesto Partai Komunis [1]
Ada hantu berkeliaran di Eropa—hantu Komunisme. Semua kekuasaan di Eropa lama
telah menyatukan diri dalam suatu persekutuan keramat untuk mengusir hantu ini:
Paus dan Tsar, Metternich [12] & Guizot [13], kaum Radikal Perancis [14] dan
mata-mata polisi Jerman.
Di manakah ada partai oposisi yang tidak dicaci sebagai Komunis oleh lawan-lawannya
yang sedang berkuasa? Di manakah ada partai oposisi yang tidak melontarkan
kembali cap tuduhan Komunisme, baik kepada partai-partai oposisi yang lebih maju
maupun kepada lawan-lawannya yang reaksioner?
Dua hal timbul dari kenyataan ini.
I. Komunisme telah diakui oleh semua kekuasaan di Eropa sebagai suatu kekuasaan
pula.
II. Telah tiba waktunya bahwa kaum Komunis harus dengan terang-terangan terhadap
seluruh dunia menyiarkan pandangan mereka, cita-cita mereka, tujuan mereka,
aliran mereka,dan melawan dongengan kanak-kanak tentang Hantu Komunisme ini
dengan sebuah manifesto dari partai sendiri.
Untuk maksud ini, kaum Komunis dari berbagai nasionalitet telah berkumpul di
London, dan merencanakan manifesto berikut ini untuk diterbitkan dalam bahasa
Inggeris, Perancis, Jerman, Italia, Vlam dan Denmark.
I. Kaum Borjuis dan kaum proletar [a]
Sejarah dari semua masyarakat:[b] yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah
perjuangan kelas.
Orang-merdeka dan budak, patrisir dan plebejer [16], tuan bangsawan dan hamba,
tukang-ahli [c] dan tukang pembantu, pendeknya: penindas dan yang tertindas,
senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan yang lain, melakukan perjuangan
yang tiada putus-putusnya, kadang-kadang dengan tersembunyi, kadang-kadang
dengan terang-terangan, suatu perjuangan yang setiap kali berakhir dengan
penyusunan-kembali masyarakat umumnya atau dengan sama-sama binasanya kelas-kelas
yang bermusuhan.
Dalam zaman permulaan sejarah, hampir di mana saja kita dapati suatu susunan
rumit dari masyarakat yang terbagi menjadi berbagai golongan, menjadi banyak
tingkatan kedudukan sosial. Di Roma purbakala terdapat kaum patrisir, kaum
ksatria, kaum plebejer, kaum budak, dalam Zaman Tengah kaum tuan feodal, kaum
vasal, kaum tukang-ahli, kaum tukang-pembantu, kaum malang, kaum hamba; di dalam
hampir semua kelas ini terdapat lagi tingkatan-tingkatan bawahan.
Masyarakat borjuis modern yang timbul dari runtuhan masyarakat feodal tidak
menghilangkan pertentangan-pertentangan kelas. Ia hanya menciptakan kelas-kelas
baru, syarat-syarat penindasan baru, bentuk-bentuk perjuangan baru sebagai ganti
yang lampau.
Tetapi zaman kita, zaman borjuasi, mempunyai sifat yang istimewa ini: ia telah
menyederhanakan pertentangan-pertentangan kelas. Masyarakat seluruhnya semakin
lama semakin terpecah menjadi dua golongan besar yang langsung berhadapan satu
dengan yang lain - borjuasi dan proletariat.
Dari kaum hamba pada Zaman Tengah timbullah wargakota berhak-penuh dari kota-kota
yang paling permulaan. Dari wargakota-wargakota ini berkembanglah anasir-anasir
pertama dari borjuasi.
Ditemukannya benua Amerika, dikelilinginya Tanjung Harapan di Afrika Selatan,
memberikan lapangan baru bagi borjuasi yang sedang tumbuh, pasar-pasar di Hindia
Timur dan Tiongkok, kolonisasi atas Amerika, perdagangan dengan tanah-tanah
jajahan, bertambah banyaknya alat penukaran dan barang dagangan pada umumnya,
memberikan kepada perdagangan, kepada pelajaran, kepada industri, suatu dorongan
yang tak pernah dikenal sebelum itu dan bersamaan dengan itu memberikan kepada
anasir-anasir revolusioner dalam masyarakat feodal yang. sedang runtuh itu suatu
kemajuan yang cepat.
Sistim industri yang feodal, di mana produksi industri dimonopoli oleh gilda-gilda
semata-mata, sekarang tidak lagi mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang makin
bertambah dari pasar-pasar baru. Sistim manufaktur [17] menggantikannya. Tukang-tukang-ahli
didesak keluar oleh kelas tengah manufaktur; pembagian kerja di antara berbagai
gabungan gilda hilang dengan lahirnya pembagian kerja di setiap bengkel
pertukangan sendiri-sendiri.
Sementara itu pasar-pasar senantiasa makin meluas, kebutuhan senantiasa
bertambah. Sistim manufaktur itupun tak dapat lagi mencukupi. Segera sesudah itu
uap dan mesin-mesin merevolusionerkan produksi industri. Kedudukan manufaktur
direbut oleh Industri Modern raksasa, kedudukan kelas tengah industri oleh
milyuner-milyuner industri, pemimpin-pemimpin kesatuan-kesatuan lengkap dari
tentara industri, kaum borjuis modern.
Industri modern telah menciptakan pasar dunia yang telah dibukakan jalannya
dengan ditemukannya Amerika. Pasar ini telah memberikan kemajuan maha besar pada
perdagangan, pada pelajaran, pada perhubungan di darat. Kemajuan ini, pada
gilirannya, bereaksi terhadap meluasnya industri; dan sebanding dengan meluasnya
industri, perdagangan, pelajaran, perhubungan kereta api, maka dalam
perbandingan yang sama borjuasi pun maju pula, kapitalnya bertambah dan mendesak
ke belakang tiap-tiap kelas peninggalan dari Zaman Tengah.
Oleh sebab itu tahulah kita, bagaimana borjuasi modern itu sendiri adalah hasil
dari perjalanan perkembangan yang lama, dari suatu rangkaian revolusi-revolusi
dalam cara produksi dan cara pertukaran.
Tiap langkah dalam perkembangan borjuasi diikuti oleh suatu kemajuan politik
yang sesuai dari kelas itu. Suatu kelas tertindas di bawah kekuasaan bangsawan
feodal, suatu perserikatan bersenjata dan memerintah sendiri dalam komune [d]
pada Zaman Tengah; di satu tempat berupa republik-kota yang merdeka (seperti di
Italia dan Jerman), di lain tempat berupa, "pangkat ketiga" [18] Wajib-pajak
dalam monarki (seperti di Perancis), sesudah itu, dalam masa manufaktur yang
sebenarnya, dengan mengabdi pada monarki setengah-feodal [19] atau absolut
sebagai kekuatan imbangan terhadap kaum bangsawan, dan dalam kenyataannya, batu
dasar bagi monarki-monarki besar pada umumnya, maka pada akhirnya borjuasi,
sejak berdirinya Industri Modern dan pasar dunia, telah merebut untuk dirinya
sendiri segenap kekuasaan politik di dalam Negara konstitusionil modern. Badan
eksekutif negara modern hanyalah merupakan sebuah komite untuk mengatur urusan-urusan
bersama dari seluruh borjuasi.
Borjuasi, di dalam sejarah, telah memainkan peranan yang sangat revolusioner.
Borjuasi, di mana saja ia telah dapat memperoleh kekuasaan, telah mengakhiri
semua hubungan feodal patriarkal pedesaan. Ia dengan tiada kenal kasihan telah
merenggut putus pertalian-pertalian feodal yang beraneka ragam yang mengikat
manusia pada "atasannya yang wajar", dan tidak meninggalkan ikatan lain antar
manusia dengan manusia selain daripada kepentingan sendiri semata-mata, selain
daripada "pembayaran tunai" yang kejam. Ia telah menghanyutkan getaran yang
paling suci dari damba keagamaan, dari gairah keksatriaan, dari sentimentalisme
filistin, ke dalam air dingin perhitungan egois. Ia telah menjatukan harga diri
dengan nilai-tukar, dan sebagai ganti dari kebebasan-kebebasan tak terhitung
jumlahnya yang telah disahkan oleh undang-undang yang tak boleh dibatalkan itu,
ia telah menetapkan satu-satunya kebebasan yang tidak berdasarkan akal -
Perdagangan Bebas. Pendek kata, penghisapan yang diselimuti dengan ilusi-ilusi
keagamaan dan politik digantikan olehnya dengan penghisapan yang terang-terangan,
tak kenal malu, langsung, ganas.
Borjuasi telah menanggalkan anggapan mulia terhadap setiap jabatan yang selama
ini dihormati dan dipuja dengan penuh ketaatan. Ia telah mengubah dokter,
advokat, pendeta, penyair, sarjana menjadi buruh-upahannya yang dia bayar.
Borjuasi telah merobek dengan kekerasan selubung perasaan kekeluargaan, dan
telah memerosotkannya menjadi hubungan-uang belaka.
Borjuasi telah menyingkapkan bagaimana dapat terjadinya hal bahwa pertunjukan
kekuatan secara kasar dalam Zaman Tengah, yang begitu dikagumi oleh kaum
reaksioner itu, mendapatkan imbangannya yang wajar dan cocok berwujud kemalasan
yang paling lamban. Dialah yang pertama-tama memperlihatkan apa yang dapat
dihasilkan oleh kegiatan manusia. Ia telah melahirkan keajaiban-keajaiban yang
jauh melampaui piramida-piramida Mesir, saluran-saluran air Roma dan katedral-katedral
Gotik; ia telah melakukan ekspedisi-ekspedisi yang sangat berlainan dibanding
dengan perpindahan-perpindahan bangsa-bangsa [20] serta perang-perang salib [21]
di masa dahulu.
Borjuasi tidak dapat hidup tanpa senantiasa merevolusionerkan perkakas-perkakas
produksi dan karenanya merevolusionerkan hubungan-hubungan produksi, dan dengan
itu semuanya merevolusionerkan segenap hubungan dalam masyarakat. Sebaliknya,
mempertahankan cara-cara produksi yang lama dalam bentuknya yang tidak berubah
adalah syarat pertama untuk hidup bagi segala kelas industri yang terdahulu.
Senantiasa merevolusionerkan produksi, kekacauan tiada putus-putusnya dalam
segala syarat.sosial, ketiadaan kepastian serta kegelisahan yang abadi itu
membedakan zaman borjuasi dengan semua zaman yang terdahulu. Segala hubungan
yang telah ditetapkan dan beku serta berkarat, dengan rentetannya berupa
prasangka-prasangka serta pendapat-pendapat kuno yang disegani, disapu bersih,
segala yang dibentuk baru menjadi usang sebelum membatu. Segala yang padat
hilang larut dalam udara, segala yang suci dinodai, dan pada akhirnya manusia
terpaksa menghadapi dengan hati yang tenang syarat-syarat hidupnya yang
sebenarnya, dan hubungan-hubungannya dengan sesamanya.
Kebutuhan akan pasar yang senantiasa meluas untuk barang-barang hasilnya
mengejar borjuasi ke seluruh muka bumi. Ia harus bersarang di mana-mana,
bertempat di mana-mana, mengadakan hubungan-hubungan di mana-mana.
Melalui penghisapannya atas pasar dunia borjuasi telah memberikan sifat
kosmopolitan kepada produksi dan konsumsi di tiap-tiap negeri. Kaum reaksioner
merasa sedih sekali karena borjuasi telah menarik dari bawah kaki industri bumi
nasional tempat ia berdiri.
Semua industri nasional yang sudah tua telah dihancurkan atau sedang dihancurkan
setiap hari. Mereka digantikan oleh industri-industri baru yang pelaksanaannya
menjadi jadi masalah hidup dan mati bagi semua nasion yang beradab, oleh
industri yang tidak lagi mengerjakan bahan mentah dari negeri sendiri, tetapi
bahan mentah yang didatangkan dari wilayah-wilayah dunia yang paling jauh
letaknya, industri yang barang-barang hasilnya tidak saja dipakai di dalam
negeri tetapi di setiap pelosok dunia. Sebagai pengganti kebutuhan-kebutuhan
masa lampau yang dipenuhi oleh produksi negeri sendiri, kita mendapatkan
kebutuhan-kebutuhan baru, yang untuk memuaskannya diperlukan hasil-hasil dari
negeri-negeri serta daerah-daerah iklim yang sangat jauh letaknya. Sebagai
pengganti keadaan terasing serta mencukupi-kebutuhan-sendiri secara lokal maupun
nasional yang lama, kita dapati hubungan ke segala jurusan, keadaan saling-tergantung
yang universal di antara nasion-nasion. Dan seperti halnya dengan produksi
material, demikian jugalah keadaannya dalam hal produksi intelek. Ciptaan-ciptaan
intelek dari satu-satu nasion menjadi milik bersama. Kesepihakan serta
kesempitan pandangan nasional menjadi makin tidak mungkin, dan dari sejumlah
besar literatur nasional dan lokal timbullah suatu literatur dunia.
Borjuasi, dengan perbaikan cepat dari segala alat produksi, dengan makin sangat
dipermudahnya kesempatan menggunakan alat-alat perhubungan, menarik segala
nasion, sampai yang paling biadab pun, ke dalam peradaban. Harga-harga murah
dari barang dagangannya merupakan artileri berat yang dengannya ia memporak-porandakan
segala tembok-tembok Tiongkok, yang dengannya ia menaklukkan kebencian berkepala
batu dari kaum biadab terhadap orang-orang asing. Ia memaksa semua nasion,
dengan ancaman akan musnah, cara produksi borjuis; ia memaksa mereka
mengemukakan apa yang olehnya disebut peradaban itu ke tengah-tengah lingkungan
mereka, yaitu, supaya mereka sendiri menjadi borjuis. Pendek kata, ia
menciptakan suatu dunia menurut bayangannya sendiri.
Borjuasi menundukkan desa kepada kekuasaan kota. Ia telah menciptakan kota-kota
yang hebat, telah sangat menambah penduduk kota dibanding dengan penduduk desa,
dan dengan demikian telah melepaskan sebagian besar penduduk dari kedunguan
kehidupan desa. Sebagaimana halnya ia telah menjadikan desa bergantung kepada
kota, begitupun ia telah menjadikan negeri biadab dan setengah-biadab bergantung
kepada negeri yang beradab, nasion kaum tani kepada nasion kaum borjuis, Timur
kepada Barat.
Borjuasi senantiasa makin bersemangat menghapuskan keadaan terpencar-pencar dari
penduduk, dari alat-alat produksi, dan dari milik. Ia telah menimbun penduduk,
memusatkan alat-alat produksi, dan telah mengkonsentrasi milik ke dalam beberapa
tangan. Akibat yang sudah seharusnya dari hal ini adalah pemusatan politik.
Propinsi-propinsi yang merdeka atau yang mempunyai hubungan tak begitu erat
dengan kepentingan-kepentingan undang-undang pemerintah dan sistim pajak yang
berlain-lainan menjadi terpadu sebagai satu nasion dengan satu pemerintah, satu
tata undang-undang, satu kepentingan-kelas nasional, satu perbatasan dan satu
tarif pabean.
Borjuasi, selama kekuasaannya yang belum genap seratus tahun itu, telah
menciptakan tenaga-tenaga produktif yang lebih teguh dan lebih besar daripada
yang telah diciptakan oleh generasi-generasi yang terdahulu dijadikan satu.
Ditundukkannya kekuatan-kekuatan alam kepada manusia, mesin-mesin, pelajaran
kapal api, pengenaan ilmu kimia pada industri dan pertanian, jalan kereta api,
pembukaan benua-benua utuh untuk tanah garapan, telegrafi listrik, penyaluran
sungai sejumlah sangat besar penduduk yang dengan kekuatan sihir dikeluarkan
dari dalam tanah - abad terdahulu manakah yang dapat menduga adanya tenaga-tenaga
produktif yang sedemikian itu tertidur dalam pangkuan kerja masyarakat?
Jadi tahulah kita: alat-alat produksi dan alat-alat pertukaran, yang di atas
dasarnya borjuasi berkembang, telah ditimbulkan di dalam masyarakat feodal. Pada
suatu tingkat tertentu dalam perkembangan alat-alat produksi dan alat-alat
pertukaran ini, syarat-syarat tempat masyarakat feodal menghasilkan dan
mengadakan pertukaran, organisasi feodal dari pertanian dan industri manufaktur,
pendek kata, hubungan-hubungan feodal dari milik menjadi tidak lagi dapat
disesuaikan dengan tenaga-tenaga produktif yang sudah berkembang; mereka
merupakan belenggu-belenggu yang begitu banyak; mereka harus dipatahkan, mereka
memang dipatahkan.
Sebagai gantinya datanglah persaingan bebas, disertai oleh susunan sosial dan
politik yang diselaraskan dengannya, dan oleh kekuasaan ekonomi dan politik dari
kelas borjuis.
Suatu gerakan yang serupa sedang berlangsung di hadapan mata kepala kita sendiri.
Masyarakat borjuis modern dengan hubungan-hubungan produksinya, hubungan-hubungan
pertukaran, dan hubungan-hubungan miliknya, suatu masyarakat yang telah
menjelmakan alat-alat produksi serta alat-alat pertukaran yang begitu raksasa,
adalah seperti tukang sihir yang tidak dapat mengontrol lagi tenaga-tenaga dari
alam gaib yang telah dipanggil olehnya dengan mantra-mantranya. Sudah sejak
berpuluh-puluh tahun sejarah industri dan perdagangan hanyalah sejarah
pemberontakan tenaga-tenaga produktif modern melawan syarat-syarat produksi
modern, melawan hubungan-hubungan milik yang merupakan syarat-syarat untuk hidup
bagi borjuasi dan kekuasaannya. Cukuplah untuk menyebut krisis-krisis
perdagangan yang dengan terulangnya secara periodik, setiap kali lebih berbahaya,
mengancam kelangsungan hidup seluruh masyarakat borjuis. Di dalam krisis-krisis
ini tidak saja sebagian besar dari baranghasil-baranghasil yang ada, tetapi juga
dari tenaga-tenaga produktif yang telah diciptakan terdahulu, dihancurkan secara
periodik. Di dalam krisis-krisis ini berjangkitlah wabah yang di dalam zaman-zaman
terdahulu akan merupakan suatu kejanggalan - wabah produksi kelebihan. Tiba-tiba
masyarakat mendapatkan dirinya terlempar kembali dalam suatu keadaan kebiadaban
sementara; nampaknya seakan-akan suatu kelaparan, suatu perang pembinasaan umum
telah memusnahkan persediaan segala bahan-bahan keperluan hidup; industri dan
perdagangan seakan-akan dihancurkan; dan mengapa? Karena terlampau banyak
peradaban, terlampau banyak bahan-bahan keperluan hidup, terlampau banyak
industri, terlampau banyak perdagangan. Tenaga-tenaga produktif yang tersedia
bagi masyarakat tidak lagi dapat melanjutkan perkembangan syarat-syarat milik
borjuis; sebaliknya, mereka telah menjadi terlampau kuat bagi syarat-syarat ini,
yang membelenggu mereka, dan segera setelah mereka mengatasi rintangan belenggu-belenggu
ini, mereka mendatangkan kekacauan ke dalam seluruh masyarakat borjuis,
membahayakan adanya milik borjuis. Syarat-syarat masyarakat borjuis adalah
terlampau sempit untuk memuat kekayaan yang diciptakan olehnya. Dan bagaimanakah
borjuasi mengatasi krisis-krisis ini? Pada satu pihak, dengan memaksakan
penghancuran sejumlah besar tenaga-tenaga produktif, pada pihak lain, dengan
merebut pasar-pasar baru dan menghisap pasar-pasar yang lama dengan cara yang
lebih sempurna. Itu artinya, dengan membukakan jalan untuk krisis-krisis yang
lebih luas dan lebih merusakkan, dan mengurangi syarat-syarat yang dapat
mencegah krisis-krisis itu.
Senjata-senjata yang digunakan oleh borjuasi untuk menumbangkan feodalisme
sekarang berbalik kepada borjuasi itu sendiri.
Tetapi tidak saja borjuasi itu menempa senjata-senjata yang mendatangkan mautnya
sendiri; ia juga telah melahirkan manusia-manusia yang akan menggunakan senjata-senjata
itu - kelas buruh modern - kaum proletar.
Dibandingkan dengan berkembangnya borjuasi, artinya, kapital, maka dalam derajat
yang itu juga proletariat, kelas buruh modern, telah berkembang - suatu kelas
kaum pekerja yang hanya hidup selama mereka mendapat pekerjaan, dan hanya
mendapat pekerjaan selama kerja mereka memperbesar kapital. Kaum pekerja ini
yang harus menjual dirinya sepotong-sepotong, adalah suatu barang dagangan
seperti semua barang dagangan lainnya, dan karenanya diserahkan mentah-mentah
kepada segala perubahan dalam persaingan, kepada segala perguncangan pasar.
Disebabkan oleh pemakaian mesin-mesin secara luas dan karena pembagian kerja,
hilanglah segala sifat perseorangan dari pekerjaan kaum proletar, dan karena itu
hilanglah segala kegairahan bagi si buruh. Ia semata-mata menjadi lampiran-tambahan
dari mesin dan hanyalah kecakapan yang paling sederhana, paling menjemukan dan
paling mudah didapat, yang dibutuhkan dari dia. Dari itu, biaya produksi dari
seorang buruh terbatas hampir semata-mata pada bahan-bahan keperluan hidup yang
diperlukan untuk hidupnya dan untuk pembiakan jenisnya. Tetapi harga sesuatu
barang dagangan, dan oleh sebab itu juga harga kerja, [22] adalah sama dengan
biaya produksinya. Oleh sebab itu sederajat dengan makin tidak menyenangkannya
kerja itu, maka turunlah upahnya. Bahkan lebih dari itu, dalam derajat
sebagaimana pemakaian mesin-mesin dan pembagian kerja bertambah, dalam derajat
yang itu juga beban kerja bertambah, baik dengan memperpanjang jam kerja, dengan
menambah banyaknya pekerjaan dalam waktu yang tertentu atau dengan mempertinggi
kecepatan mesin-mesin, dsb.
Industri modern telah mengubah bengkel kecil kepunyaan majikan patriarkal
menjadi pabrik besar kepunyaan kapitalis industri. Massa kaum buruh yang
dikumpulkan dalam pabrik diorganisasi seperti serdadu. Sebagai serdadu biasa
dari tentara industri mereka diatur di bawah perintah suatu susunan-kepangkatan
yang rapi terdiri dari opsir-opsir dan sersan-sersan. Mereka itu tidak hanya
menjadi budak kelas borjuis dan budak negara borjuis saja; mereka itu setiap
hari dan setiap jam diperbudak oleh mesin-mesin, oleh mandor-mandor, dan
terutama sekali oleh tuan pabrik borjuis orang-seorang itu sendiri. Semakin
terang-terangan kelaliman ini menyatakan keuntungan sebagai tujuan dan maksudnya,
semakin keji, semakin membencikan dan semakin memarahkanlah dia itu.
Semakin kurang kecakapan dan kurang pemakaian kekuatan yang diperlukan dalam
kerja badan, dengan kata-kata lain, semakin industri modern menjadi sempurna,
semakin banyak kerja kaum pria yang digantikan oleh kerja kaum wanita. Perbedaan
umur dan perbedaan jenis kelamin tidak lagi mempunyai sesuatu arti
kemasyarakatan yang penting bagi kelas buruh. Semuanya adalah perkakas kerja,
kurang atau lebih mahalnya untuk dipakai, bergantung pada umur dan jenis kelamin
mereka.
Jika penghisapan atas pekerja oleh pengusaha sudah sampai sedemikian jauhnya
sehingga ia menerima upahnya dengan tunai, maka diterkamlah ia oleh bagian-bagian
lain dari borjuasi, tuan tanah, tuan toko, pemilik pegadaian, dsb.
Lapisan rendahan dari kelas tengah - kaum pengusaha kecil, tuan toko dan tukang
riba [23] umumnya, kaum pekerja-tangan dan kaum tani - semua ini berangsur-angsur
jatuh menjadi proletariat, sebagian oleh karena kapitalnya yang kecil tidak
cukup untuk menjalankan industri besar dan menderita kekalahan dalam persaingan
dengan kaum kapitalis besar, sebagian oleh karena keahlian mereka menjadi tidak
berharga untuk cara-cara produksi yang baru. Begitulah proletariat terjadi dari
segala kelas penduduk.
Proletariat melalui berbagai tingkat perkembangan. Bersamaan dengan lahirnya,
mulailah perjuangannya terhadap borjuasi. Mula-mula perjuangan itu dilakukan
oleh kaum buruh orang-seorang, kemudian oleh buruh suatu pabrik, kemudian oleh
buruh dari satu macam perusahaan di satu tempat melawan borjuis orang-seorang
yang langsung menghisap mereka. Mereka tidak mengerahkan serangan-serangannya
terhadap syarat-syarat produksi borjuis, tetapi terhadap perkakas-perkakas
produksi itu sendiri; mereka merusakkan barang-barang impor yang menyaingi kerja
mereka, mereka menghancurkan mesin-mesin, mereka membakar pabrik-pabrik, mereka
mencoba mengembalikan dengan paksa kedudukan pekerja dari Zaman Tengah [24] yang
telah hilang itu.
Pada tingkat tersebut kaum buruh merupakan suatu massa yang lepas tersebar di
seluruh negeri dan terpecah belah oleh persaingan di kalangan mereka sendiri.
Jika di sesuatu tempat mereka bersatu membentuk badan-badan yang lebih erat
terhimpun, ini belumlah akibat dari persatuan yang aktif dari mereka sendiri,
tetapi dari persatuan borjuasi, kelas yang untuk mencapai tujuan politiknya
sendiri terpaksa menggerakkan seluruh proletariat, tambahan pula karena untuk
sementara waktu mereka masih dapat berbuat demikian. Oleh karena itu, pada
tingkat tersebut kaum proletar tidak melawan musuh-musuhnya, tetapi musuh-musuh
dari musuh mereka, yaitu sisa-sisa monarki absolut, kaum pemilik tanah, borjuis
bukan-industri, borjuasi kecil. Dengan demikian seluruh gerakan yang bersejarah
itu berpusat di dalam tangan borjuasi; tiap-tiap kemenangan yang dicapai dengan
cara demikian adalah kemenangan bagi borjuasi.
Tetapi dengan berkembangnya industri, proletariat tidak saja bertambah jumlahnya;
ia menjadi terkonsentrasi di dalam massa yang lebih besar, kekuatannya bertambah
besar dan ia semakin merasakan kekuatan itu. Kepentingan-kepentingan dan syarat-syarat
hidup yang bermacam ragam di dalam barisan proletariat semakin lama semakin
menjadi sama, sederajat dengan dihapuskannya segala perbedaan kerja oleh mesin-mesin
dan dengan diturunkannya upah hampir di mana-mana sampai pada tingkat yang sama
rendahnya. Persaingan yang semakin menjadi di kalangan kaum borjuis dan krisis-krisis
perdagangan yang diakibatkannya, menyebabkan upah kaum buruh senantiasa
berguncang. Perbaikan mesin-mesin yang tidak henti-hentinya itu senantiasa
berkembang dengan lebih cepat, menyebabkan penghidupan mereka makin lama makin
tidak tentu; bentrokan-bentrokan antara buruh orang-seorang dengan borjuis orang-seorang
makin lama makin bersifat bentrokan-bentrokan antara dua kelas. Sesudah itu kaum
buruh mulai membentuk perkumpulan-perkumpulan menentang kaum borjuis; mereka
berhimpun untuk mempertahankan upah-kerja mereka; mereka mendirikan perserikatan-perserikatan
yang tetap untuk mempersiapkan diri guna perlawanan yang sewaktu-waktu ini. Di
sana-sini perjuangan itu meletus menjadi huru-hara.
Kadang-kadang kaum buruh memperoleh kemenangan, tetapi hanya untuk sementara
waktu. Buah yang sebenarnya dari perjuangan mereka tidak terletak pada hasil
yang langsung, tetapi pada senantiasa makin meluasnya persatuan kaum buruh.
Persatuan ini dibantu terus oleh kemajuan-kemajuan alat-alat perhubungan yang
dibuat oleh industri modern dan yang membawa kaum buruh dari berbagai daerah
berhubungan satu dengan yang lain. Justru perhubungan inilah yang diperlukan
untuk memusatkan perjuangan-perjuangan lokal yang banyak itu, yang kesemuanya
mempunyai sifat yang sama, menjadi satu perjuangan nasional antara kelas-kelas.
Tetapi tiap perjuangan kelas adalah suatu perjuangan politik. Dan persatuan ini,
yang untuk mencapainya, wargakota pada Zaman Tengah dengan jalan-jalan mereka
yang sangat buruk memerlukan waktu yang berabad-abad lamanya, berkat adanya
jalan-jalan kereta api, dicapai oleh kaum proletar modern dalam beberapa tahun
saja.
Terorganisasinya kaum proletar menjadi kelas ini, dan dengan sendirinya menjadi
partai politik, senantiasa dirusak kembali oleh persaingan di antara kaum buruh
sendiri. Tetapi ia selalu bangun kembali, lebih kuat, lebih teguh, lebih perkasa.
la memaksakan pengakuan berdasarkan undang-udang atas kepentingan-kepentingan
tertentu dari kaum buruh dengan jalan menggunakan perpecahan di dalam kalangan
borjuasi sendiri. Maka lahirlah undang-undang sepuluh-jam di Inggris.
Kesimpulannya ialah bahwa bentrokan-bentrokan antara kelas-kelas di dalam
masyarakat lama, dengan berbagai cara, mendorong maju perkembangan proletariat.
Borjuasi terlibat dalam perjuangan yang terus-menerus. Mula-mula dengan
aristokrasi; kemudian dengan bagian-bagian dari borjuasi itu sendiri yang
mempunyai kepentingan-kepentingan yang bertentangan dengan kemajuan industri;
dan selamanya dengan borjuasi negeri-negeri asing semuanya. Di dalam segala
perjuangan ini ia merasa terpaksa berseru kepada proletariat, meminta bantuannya,
dan dengan begitu menarik proletariat ke dalam gelanggang politik. Oleh karena
itu, borjuasi itu sendiri membekali proletariat dengan anasir-anasir politik dan
pendidikan-umumnya sendiri, dengan perkataan lain, ia melengkapi proletariat itu
dengan senjata-senjata untuk melawan borjuasi.
Selanjutnya, sebagaimana yang telah kita ketahui, golongan-golongan keseluruhan
dari kelas yang berkuasa, dengan majunja industri, tercampak ke dalam
proletariat, atau setidak-tidaknya terancam di dalam syarat-syarat mereka untuk
hidup. Hal ini juga memberikan kepada proletariat anasir-anasir kesadaran dan
kemajuan yang segar.
Akhirnya, dalam waktu ketika perjuangan kelas mendekati saat yang menentukan,
proses kehancuran yang berlaku di dalam kelas yang berkuasa, pada hakekatnya di
dalam seluruh masyarakat lama seutuhnya, mencapai watak yang demikian keras dan
tegasnya, sehingga segolongan kecil dari kelas yang berkuasa memutuskan
hubungannya dan menyatukan diri dengan kelas yang revolusioner, kelas yang
memegang hari depan di dalam tangannya. Oleh karena itu, sama seperti ketika
zaman terdahulu, segolongan dari kaum bangsawan memihak kepada borjuasi, maka
sekarang segolongan dari borjuasi memihak kepada proletariat, dan terutama
segolongan dari kaum ideologis borjuis yang telah mengangkat dirinya sampai pada
taraf memahami secara teori gerakan yang bersejarah itu sebagai keseluruhan.
Dari semua kelas yang sekarang berdiri berhadap-hadapan dengan borjuasi, hanya
proletariatlah satu-satunya kelas yang betul-betul revolusioner. Kelas-kelas
lainnya melapuk dan akhimya lenyap ditelan industri besar, hanya proletariatlah
yang menjadi hasilnya yang istimewa dan yang hakiki.
Kelas tengah rendahan, tuan pabrik kecil, tuan toko, tukang, petani, semuanya
ini, berjuang melawan borjuasi, untuk menyelamatkan hidup mereka sebagai
golongan dari kelas tengah hindar dari kemusnahan. Oleh karena itu mereka tidak
revolusioner, tetapi konservatif. Bahkan lebih dari itu, mereka itu reaksioner,
karena mereka mencoba memutar kembali roda sejarah. Jika secara kebetulan mereka
itu revolusioner, maka mereka berlaku demikian itu hanyalah karena melihat akan
bahaya mendekat berupa kepindahan mereka ke dalam proletariat, jadi mereka tidak
membela kepentingan-kepentingannya yang sekarang, tetapi kepentingan-kepentingannya
di masa datang, mereka meninggalkan pendiriannya sendiri untuk menempatkan
dirinya pada pendirian proletariat.
Proletariat-gelandangan [25], massa yang membusuk secara pasif dari kalangan
lapisan-lapisan terendah masyarakat lama, di sana-sini terseret ke dalam gerakan
oleh suatu revolusi proletar; akan tetapi syarat-syarat hidupnya, menjadikan dia
lebih condong untuk melakukan peranan sebagai perkakas yang disuap untuk
mengadakan huru-hara reaksioner.
Syarat-syarat hidup masyarakat lama sudah dihancurkan di dalam syarat-syarat
hidup proletariat. Proletar tidak mempunyai milik; hubungannya dengan isteri dan
anak tidak ada lagi persamaannya dengan hubungan keluarga borjuasi; kerja
industri modern, penundukan modern di bawah kapital, yang sama saja baik di
Inggris maupun di Perancis, di Amerika maupun di Jerman, telah menghilangkan
segala bekas watak nasional daripadanya. Undang-undang moral, agama, baginya
adalah sama dengan segala prasangka borjuis, yang di belakangnya bersembunyi
segala macam kepentingan-kepentingan borjuis.
Semua kelas terdahulu yang memperoleh kekuasaan, berusaha memperkuat kedudukan
yang telah diperolehnya dengan menundukkan masyarakat dalam keseluruhannya
kepada syarat-syarat pemilikan mereka. Kaum proletar tidak dapat menjadi tuan
atas tenaga-tenaga produktif dalam masyarakat, kecuali dengan menghapuskan cara
pemilikan mereka sendiri yang terdahulu atas tenaga-tenaga produktif, dan dengan
begitu menghapuskan juga segala cara pemilikan lain yang terdahulu. Mereka tidak
mempunyai sesuatu pun yang harus dilindungi dan dipertahankan, tugas mereka
ialah menghancurkan segala perlindungan dan jaminan yang terdahulu atas milik
perseorangan.
Semua gerakan sejarah yang terdahulu adalah gerakan dari minoritet-minoritet,
atau untuk kepentingan minoritet-minoritet. Gerakan proletar adalah gerakan yang
sadar-diri dan berdiri sendiri dari mayoritet yang melimpah, untuk kepentingan
mayoritet yang melimpah. Proletariat, lapisan yang paling rendah dari masyarakat
kita sekarang, tidak dapat bergerak, tidak dapat mengangkat dirinya ke atas,
tanpa hancur luluhnya seluruh lapisan atas dari masyarakat yang resmi.
Walaupun tidak dalam isinya tetapi dalam bentuknya, perjuangan proletariat
dengan borjuasi adalah mula-mula suatu perjuangan nasional. Proletariat di
masing-masing negeri tentu saja pertama-tama harus membuat perhitungan dengan
borjuasinya sendiri.
Dalam melukiskan fase-fase yang paling umum dari perkembangan proletariat, kita
turuti jejak peperangan dalam negeri, yang lebih atau kurang tersembunyi yang
bergolak di dalam masyarakat yang ada, sampai pada titik di mana peperangan itu
meletus menjadi revolusi terang-terangan, dan di mana penggulingan borjuasi
dengan kekerasan meletakkan landasan bagi kekuasaan proletariat.
Hingga kini, sebagaimana yang telah kita ketahui, segala bentuk masyarakat telah
didasarkan atas antagonisme antara kelas-kelas yang menindas dengan kelas-kelas
yang tertindas. Tetapi untuk dapat menindas suatu kelas, haruslah dijamin syarat-syarat
tertentu untuknya di mana ia setidak-tidaknya dapat melanjutkan hidupnya sebagai
budak. Si hamba, dalam zaman perhambaan, meningkatkan dirinya menjadi anggota
komune, seperti juga halnya dengan si borjuis kecil, di bawah tindakan
absolutisme feodal, mengembangkan dirinya menjadi borjuis. Sebaliknya, buruh
modern bukannya terangkat naik dengan adanya kemajuan industri, tetapi bahkan
senantiasa makin jatuh merosot di bawah syarat-syarat hidup kelasnya sendiri. Ia
menjadi orang melarat dan kemelaratan berkembang lebih cepat daripada penduduk
dan kekayaan. Dan di sinilah menjadi terang, bahwa borjuasi tidak pada tempatnya
lagi untuk menjadi kelas yang berkuasa di dalam masyarakat, dan tidak mampu lagi
untuk memaksakan syarat-syarat hidupnya kepada masyarakat sebagai undang-undang
yang menentukan. Ia tidak cakap memerintah karena ia tidak mampu menjamin
penghidupan bagi budaknya di dalam rangka perbudakannya itu, karena ia terpaksa
membiarkan budaknya tenggelam ke dalam keadaan yang sedemikian rupa sehingga ia
harus memberi makan kepada budaknya, dan bukannya ia diberi makan oleh budaknya.
Masyarakat tidak dapat lagi hidup di bawah borjuasi ini, dengan perkataan lain,
adanya borjuasi tidak dapat didamaikan lagi dengan masyarakat.
Syarat terpokok untuk hidupnya, dan berkuasanya kelas borjuis, adalah
terbentuknya dan bertambah besarnya kapital; syarat untuk kapital ialah kerja-upahan.
Kerja-upahan semata-mata bersandar pada persaingan di antara kaum buruh sendiri.
Kemajuan industri, yang pendorongnya dengan tak sengaja adalah borjuasi,
menggantikan terpencilnya kaum buruh, yang disebabkan oleh persaingan, dengan
tergabungnya mereka secara revolusioner, yang diperoleh karena perserikatan.
Perkembangan industri besar, karenanya, merenggut dari bawah kaki borjuasi
landasan itu sendiri yang di atasnya borjuasi menghasilkan dan memiliki hasil-hasil.
Oleh sebab itu, apa yang dihasilkan oleh borjuasi ialah, terutama sekali,
penggali-penggali liang kuburnya sendiri. Keruntuhan borjuasi dan kemenangan
proletariat adalah sama-sama tidak dapat dielakkan lagi.
II. Kaum proletar dan kaum Komunis
Bagaimanakah hubungan antara kaum Komunis dengan kaum proletar umumnya ?
Kaum Komunis tidak merupakan suatu partai tersendiri yang bertentangan dengan
partai-partai kelas buruh lainnya.
Mereka tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tersendiri dan terpisah dari
kepentingan-kepentingan proletariat sebagai keseluruhan.
Mereka tidak mengadakan prinsip-prinsip sendiri yang sektaris, yang hendak
dijadikan pola bagi gerakan proletar.
Kaum Komunis dibandingkan dengan partai-partai kelas buruh lainnya berbeda
hanyalah karena hal ini:
1. Di dalam perjuangan nasional dari kaum proletar di berbagai negeri, mereka
menunjukkan serta mengedepankan kepentingan-kepentingan bersama dari seluruh
proletariat, terlepas dari segala nasionalitet.
2. Pada berbagai tingkat perkembangan yang harus dilalui oleh perjuangan kelas
buruh melawan borjuasi, mereka senantiasa dan di mana saja mewakili kepentingan-kepentingan
gerakan itu sebagai keseluruhan.
Oleh sebab itu kaum Komunis, pada satu pihak, pada prakteknya adalah bagian yang
paling maju dan teguh hati dari partai-partai kelas buruh di setiap negeri,
bagian yang mendorong maju semua bagian lain-lainnya; pada pihak lain, secara
teori mereka mempunyai kelebihan atas massa proletariat yang besar itu dalam
pengertian tentang garis perjalanan, syarat-syarat, dan hasil-hasil umum
terakhir dari gerakan proletar.
Tujuan terdekat dari kaum Komunis adalah sama dengan tujuan semua partai
proletar lain-lainnya: pembentukan proletariat menjadi suatu kelas, penggulingan
kekuasaan borjuasi, perebutan kekuasaan politik oleh proletariat.
Kesimpulan-kesimpulan secara teori dari kaum Komunis sama sekali bukanlah
berdasar pada pikiran-pikiran atau prinsip-prinsip yang telah diciptakan, atau
yang ditemukan oleh salah seorang pembaharu-dunia.
Kesimpulan-kesimpulan itu hanya menyatakan semata-mata, secara umum, hubungan-hubungan
yang sebenarnya yang timbul dari suatu perjuangan kelas yang sedang berlaku,
dari suatu gerakan sejarah yang sedang berjalan di depan mata kita. Penghapusan
hubungan-hubungan milik yang ada sekarang sama sekali bukanlah suatu ciri yang
istimewa dari Komunisme.
Segala hubungan milik di masa lampau senantiasa tunduk pada perubahan
kesejarahan yang diakibatkan oleh perubahan syarat-syarat sejarah.
Revolusi Perancis misalnya, menghapuskan milik feodal untuk memberi tempat
kepada milik borjuis. [26]
Ciri istimewa Komunisme - bukanlah penghapusan milik pada umumnya, tetapi
penghapusan milik borjuis. Tetapi milik perseorangan borjuis modern adalah
pernyataan terakhir dan paling sempurna dari sistim menghasilkan dan memiliki
hasil-hasil yang didasarkan pada antagonisme-antagonisme kelas, pada penghisapan
terhadap yang banyak oleh yang sedikit.
Dalam artian ini, teori kaum Komunis dapatlah diikhtisarkan dalam satu kalimat
saja: Penghapusan milik perseorangan.
Kita kaum Komunis telah dimaki bahwa kita ingin menghapuskan hak atas milik yang
diperdapat seseorang sebagai hasil kerja orang itu sendiri, milik yang dianggap
sebagai dasar dari semua kemerdekaan, kegiatan dan kebebasan seseorang.
Milik yang diperoleh dengan membanting tulang, yang direbut sendiri, yang dicari
sendiri secara halal! Apakah yang tuan maksudkan itu milik si tukang kecil,
milik si tani kecil, suatu bentuk milik yang mendahului bentuk milik borjuis ?
Itu tidak perlu dihapuskan; perkembangan industri telah menghancurkannya banyak
sekali, dan masih terus menghancurkannya setiap harinya.
Ataukah yang tuan maksudkan itu milik perseorangan borjuis modern?
Tetapi adakah kerja-upahan, kerja si proletar, mendatangkan sesuatu milik untuk
dia? Sama sekali tidak. Ia menciptakan kapital, yaitu semacam milik yang
menghisap kerja-upahan, dan yang tidak dapat bertambah besar kecuali dengan
syarat bahwa ia menghasilkan kerja-upahan baru untuk penghisapan baru. Milik
dalam bentuknya yang sekarang ini adalah didasarkan pada antagonisme antara
kapital dengan kerja-upahan. Marilah kita periksa kedua belah segi dari
antagonisme ini.
Untuk menjadi seorang kapitalis, orang tidak saja harus mempunjai kedudukan
perseorangan semata-mata, tetapi kedudukan sosial dalam produksi. Kapital adalah
suatu hasil kolektif, dan ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari
banyak anggota, malahan lebih dari itu, pada tingkatan terakhir, ia hanya dapat
digerakkan oleh tindakan bersama dari semua anggota masyarakat.
Oleh karena itu kapital bukanlah suatu kekuasaan pribadi, ia adalah suatu
kekuasaan sosial.
Jadi, jika kapital itu dijadikan milik bersama, menjadi milik semua anggota
masyarakat, dengan itu milik pribadi tidak diubah menjadi milik sosial. Hanyalah
watak sosial milik yang diubah. Watak kelasnya hilang.
Marilah kita sekarang bicara tentang kerja-upahan.
Harga rata-rata dari kerja-upahan ialah upah minimum, yaitu jumlah bahan-bahan
keperluan hidup yang mutlak diperlukan untuk mempertahankan buruh sebagai
seorang buruh dalam hidup sekedarnya. Oleh karena itu, apa yang telah dimiliki
oleh buruh-upahan berkat kerjanya, hanyalah cukup untuk memperpanjang dan
melanjutkan lagi hidup yang sekedarnya itu. Kita sekali-kali tidak bermaksud
untuk menghapuskan pemilikan pribadi atas hasil-hasil kerja ini, pemilikan yang
digunakan untuk mempertahankan dan melanjutkan lagi hidup biasa sebagai Manusia,
dan yang tidak menyisakan kelebihan yang dapat digunakan untuk menguasai kerja
orang-orang lain. Yang hendak kita hapuskan hanyalah watak celaka dari pemilikan
ini, di mana buruh hidup hanya untuk memperbesar kapital belaka, dan dibolehkan
hidup hanya selama kepentingan kelas yang berkuasa memerlukannya.
Di dalam masyarakat borjuis, kerja yang hidup ini hanyalah suatu alat untuk
memperbanyak kerja yang telah tertimbun. Di dalam masyarakat Komunis, kerja yang
tertimbun itu hanyalah suatu alat untuk memperluas, memperkaya, memajukan
kehidupan buruh.
Di dalam masyarakat borjuis, karenanya, masa lampau menguasai masa kini; di
dalam masyarakat Komunis, masa kini menguasai masa lampau. Di dalam masyarakat
borjuis, kapital adalah bebas merdeka dan mempunyai kepribadian, sedang manusia
yang bekerja tidak bebas dan tidak mempunyai kepribadian.
Dan penghapusan keadaan begini ini dikatakan oleh kaum borjuis, penghapusan
kepribadian dan kemerdekaan! Dan memang begitu. Penghapusan kepribadian borjuis,
penghapusan kebebasan borjuis dan kemerdekaan borjuis itulah yang memang dituju.
Dengan kemerdekaan diartikan, di bawah syarat-syarat produksi borjuis sekarang
ini, perdagangan bebas, penjualan dan pembelian bebas.
Tetapi jika penjualan dan pembelian itu lenyap, penjualan dan pembelian bebas
itupun lenyap juga.
Obrolan tentang penjualan dan pembelian bebas ini, dan segala "kata-kata gagah"
lainnya dari borjuasi mengenai kemerdekaan pada umumnya, mempunyai arti, jika
ada, hanya jika dibandingkan dengan penjualan dan pembelian terbatas, dengan
pedagang-pedagang terbelenggu dari Zaman Tengah, tetapi tidak mempunyai arti
jika dipertentangkan dengan penghapusan secara Komunis atas penjualan dan
pembelian, atas cara produksi borjuis, dan atas borjuasi itu sendiri.
Tuan merasa ngeri karena maksud kami untuk menghapuskan milik perseorangan.
Tetapi di dalam rnasyarakat tuan yang ada sekarang ini, milik perseorangan sudah
dihapuskan bagi sembilan persepuluh dari penduduk; ia ada pada beberapa orang
justru karena ia tidak ada pada mereka yang sembilan persepuluh itu. Jadi tuan
memaki kami karena kami bermaksud menghapuskan suatu bentuk milik, yang untuk
adanya diperlukan syarat berupa tidak adanya suatu milik apa pun bagi mayoritet
melimpah dari masyarakat.
Pendek kata, tuan memaki kami bahwa kami bermaksud menghapuskan milik tuan.
Memang begitu, itulah justru yang kami maksudkan.
Sejak dari saat ketika kerja tidak lagi dapat dijadikan kapital, uang, atau sewa,
[27] dijadikan suatu kekuasaan sosial yang dapat dimonopolisasi, artinya, sejak
dari saat ketika milik pribadi tidak dapat lagi dijadikan milik borjuis,
dijadikan kapital, sejak dari saat itu, tuan katakan, kepribadian telah hilang.
Maka itu tuan harus mengakui bahwa yang tuan maksudkan dengan pribadi adalah
tidak lain daripada seorang borjuis, seorang pemilik borjuis. Orang ini memang
harus disapu bersih dan tidak diberi kemungkinan untuk hidup.
Komunisme tidak menghapuskan kekuasaan seseorang untuk memiliki hasil-hasil
masyarakat; apa yang dilakukannya hanyalah merampas kekuasaan seseorang untuk
menjadikan kerja orang lain takluk kepadanya dengan cara pemilikan semacam itu.
Orang telah mengemukakan keberatan bahwa dengan penghapusan milik perseorangan
akan berhentilah semua pekerjaan, dan kemalasan umum akan merajalela.
Menurut pendapat ini, masyarakat borjuis tentunya sudah lama lenyap karena
kemalasan semata-mata; karena mereka dari anggota-anggotanya yang bekerja, tidak
mendapat apa-apa, dan mereka yang mendapat sesuatu, tidak bekerja. Seluruh
keberatan ini hanyalah ungkapan lain dari kata-kata yang sama artinya: tak ada
lagi kerja-upahan apabila tak ada lagi kapital.
Semua keberatan yang dikemukakan terhadap cara menghasilkan dan memiliki hasil-hasil
material secara Komunis telah dikemukakan juga terhadap cara menghasilkan dan
memiliki hasil-hasil intelek secara Komunis. Justru karena bagi kaum borjuis itu,
lenyapnya milik kelas berarti lenyapnya produksi itu sendiri, maka lenyapnya
kebudayaan kelas baginya berarti juga lenyapnya semua kebudayaan.
Kebudayaan itu, yang hilangnya sangat ditangisi olehnya, bagi golongan terbanyak
yang melimpah hanyalah berarti bahwa mereka itu dijadikan mesin.
Tetapi janganlah ribut bertengkar dengan kami selama terhadap penghapusan milik
borjuis yang kami maksudkan itu tuan mengenakan ukuran anggapan-anggapan borjuis
tuan tentang kemerdekaan, kebudayaan, hukum, dsb. Pikiran-pikiran tuan itu
justru adalah tidak lain daripada buah yang dihasilkan oleh syarat-syarat
produksi borjuis dan milik borjuis tuan, tepat seperti halnya dengan ilmu hukum
tuan adalah tidak lain daripada kemauan kelas tuan yang dijadikan undang-undang
untuk semua, suatu kemauan, yang tujuan serta wataknya yang hakiki ditentukan
oleh syarat-syarat hidup ekonomi kelas tuan.
Anggapan egoistis yang menyebabkan tuan mengubah bentuk-bentuk sosial yang
timbul, dari cara produksi dan bentuk milik tuan sekarang ini--hubungan-hubungan
kesejarahan yang timbul dan lenyap selama gerak maju produksi--menjadi hukum
alam dan hukum akal yang abadi, anggapan ini sama dengan anggapan semua kelas
berkuasa yang telah mendahului tuan. Apa yang sudah jelas tuan ketahui tentang
milik kuno [28], apa yang sudah tuan akui tentang milik feodal, tentu saja akan
terlarang bagi tuan untuk mengakui tentang bentuk milik borjuis tuan sendiri.
Penghapusan keluarga! Orang yang paling radikal pun akan naik darah karena
maksud keji kaum Komunis ini.
Didasarkan atas landasan apakah keluarga sekarang, keluarga borjuis itu? Atas
kapital, atas hasil pendapatan perseorangan. Dalam bentuknya yang berkembang
sempurna keluarga semacam ini terdapat hanya di kalangan borjuasi saja. Tetapi
keadaan ini mempunyai pelengkapnya berupa ketiadaan keluarga yang terpaksa di
kalangan kaum proletar, dan berupa pelacuran umum.
Keluarga borjuis akan lenyap dengan sendirinya apabila pelengkapnya lenyap, dan
kedua-duanya akan lenyap bersama dengan lenyapnya kapital.
Apakah tuan menuduh kami hendak menghentikan penghisapan anak-anak oleh orang
tuanya? Kami mengakui kejahatan ini.
Tetapi, tuan akan berkata, kami menghancurkan hubungan-hubungan yang paling
mesra, karena kami mengganti pendidikan rumah dengan pendidikan sosial.
Dan apakah pendidikan tuan tidak juga ditentukan oleh masyarakat? Oleh hubungan-hubungan
sosial, yang di bawah syarat-syaratnya tuan mendidik, oleh campur tangan
langsung, atau tidak langsung dari masyarakat dengan perantaraan sekolah-sekolah,
dsb.? Kaum Komunis tidak menciptakan campur tangan masyarakat dalam pendidikan;
mereka hanya berusaha untuk mengubah watak campur tangan itu, dan untuk
menyelamatkan pendidikan agar hindar dari pengaruh kelas yang berkuasa.
Obrolan borjuis tentang keluarga dan pendidikan, tentang ikatan mesra antara ibu-bapak
dengan anak, menjadi makin memuakkan, seiring dengan, karena akibat industri
besar, makin terputusnya segala ikatan keluarga di kalangan kaum proletar, dan
makin terubahnya anak-anak mereka menjadi barang dagangan biasa dan perkakas
kerja.
Tetapi kalian kaum Komunis hendak melakukan hak bersama atas kaum wanita, teriak
seluruh borjuasi dengan serentak.
Borjuis memandang isterinya hanya sebagai suatu perkakas produksi belaka. Ia
mendengar bahwa perkakas-perkakas produksi akan digunakan bersama, dan tentu
saja tidak akan sampai pada kesimpulan lain kecuali bahwa nasib dipergunakan
bersama itu akan menimpa pula kaum wanita.
Ia sama sekali tidak mempunyai dugaan bahwa sasaran sebenarnya yang dituju ialah
justru menghapuskan kedudukan kaum wanita sebagai perkakas produksi semata-mata.
Lain daripada itu tak ada lagi yang lebih menggelikan daripada kegusaran borjuis
kita terhadap apa yang mereka namakan hak-bersama atas kaum wanita yang secara
resmi berlaku di kalangan kaum Komunis. Kaum Komunis tidak perlu melakukan hak-bersama
atas kaum wanita; hal ini telah ada hampir sepanjang segala zaman.
Borjuis kita tidak puas dengan hal bahwa untuk mereka ada tersedia isteri-isteri
dan anak-anak gadis kaum proletar, belum lagi pelacur-pelacur biasa, sangat
gemar saling menggoda isteri-isteri yang satu dengan lainnya di kalangan mereka
sendiri.
Dalam kenyataannya perkawinan borjuis adalah suatu sistim isteri-isteri untuk
bersama. Kaum Komunis paling banyak hanyalah dapat dituduh bahwa mereka hendak
melakukan hak-bersama atas kaum wanita secara sah dan terang-terangan, untuk
mengganti yang tersembunyi secara munafik. Lain daripada itu, teranglah dengan
sendirinya bahwa hapusnya sistim produksi yang sekarang ini tentu mengakibatkan
pula hapusnya hak-bersama atas kaum wanita yang timbul dari sistim tersebut,
ialah hapusnya pelacuran baik yang resmi maupun yang tidak resmi.
Selanjutnya kaum Komunis dituduh hendak menghapuskan tanah air dan nasionalitet.
Kaum buruh tidak mempunyai tanah air. Kita tidak dapat mengambil dari mereka apa
yang tidak ada pada mereka. Karena proletariat pertama sekali harus merebut
kekuasaan politik, harus mengangkat dirinya menjadi kelas yang memimpin dari
nasion, harus mewujudkan dirinya sebagai nasion, maka sejauh itu ia bersifat
nasional, biarpun tidak dalam arti kata menurut borjuasi.
Perselisihan-perselisihan dan antagonisme-antagonisme nasional antara bangsa-bangsa
makin lama makin menghilang, disebabkan oleh perkembangan borjuasi, oleh
kemerdekaan berdagang, oleh pasar dunia, oleh keseragaman dalam cara produksi
dan dalam syarat-syarat hidup yang selaras dengan itu.
Kekuasaan proletariat akan lebih mempercepat hilangnya itu semua. Aksi yang
bersatu, paling tidak dari negeri-negeri yang beradab, adalah salah satu syarat
utama untuk pembebasan proletariat.
Sederajat dengan dihapuskannya penghisapan atas seseorang oleh orang lainnya,
dihapuskan jugalah penghisapan atas suatu nasion oleh nasion lainnya. Sederajat
dengan hilangnya antagonisme antara kelas-kelas dalam suatu nasion, berakhir
jugalah permusuhan suatu nasion terhadap nasion lainnya.
Tuduhan-tuduhan terhadap Komunisme yang didasarkan pada pendirian agama,
filsafat dan, pada umumnya, pendirian ideologi tidaklah perlu diperhatikan
dengan sungguh-sungguh.
Apakah diperlukan penglihatan yang dalam, untuk memahami bahwa pikiran,
pandangan dan pengertian manusia, pendek kata, kesadaran manusia, berubah dengan
tiap-tiap perubahan dalam syarat-syarat hidup materilnya, dalam hubungan-hubungan
sosialnya dan dalam kehidupan sosialnya?
Hal lain apakah yang dibuktikan oleh sejarah pikiran, kecuali bahwa produksi
intelek mengubah wataknya sederajat dengan hal bahwa produksi materil telah
berubah? Pikiran-pikiran yang menguasai dalam tiap-tiap zaman adalah senantiasa
pikiran-pikiran kelas yang berkuasa.
Apabila orang berbicara tentang pikiran-pikiran yang merevolusionerkan
masyarakat, ia tidak lain hanyalah, mengungkapkan kenyataan, bahwa di dalam
masyarakat lama, anasir-anasir dari suatu masyarakat baru telah diciptakan, dan
bahwa leburnya pikiran-pikiran lama berjalan dengan langkah-langkah yang sama
dengan leburnya syarat-syarat hidup yang lama.
Ketika dunia kuno sedang mendekati ajalnya, agama-agama kuno ditaklukkan oleh
agama Kristen. Ketika pikiran-pikiran Kristen dalam abad ke-18 tunduk pada
pikiran-pikiran rasionil, masyarakat feodal melakukan perjuangan mautnya melawan
borjuasi yang ketika itu revolusioner. Pikiran-pikiran tentang kebebasan
beragama dan kemerdekaan menganut suara hati, hanyalah mengungkapkan adanya
kekuasaan persaingan bebas di dalam bidang pengetahuan.
"Tak dapat disangkal lagi," demikian orang akan berkata, pikiran-pikiran
bersendikan agama, moral, filsafat, hukum, dsb. telah berubah dalam perjalanan
perkembangan sejarah. Tetapi agama, moral, filsafat, ilmu politik, dan hukum,
senantiasa tetap bertahan dan mengatasi pergantian ini.
"Kecuali itu, ada kebenaran-kebenaran abadi, semacam Kemerdekaan, Keadilan, dsb.,
yang lazim berlaku untuk segala keadaan masyarakat. Tetapi Komunisme
menghapuskan kebenaran-kebenaran abadi, ia menghapuskan semua agama, dan semua
moral, dan bukannya menyusun semuanya itu atas dasar yang baru; karenanya ia
bertindak bertentangan dengan segala pengalaman sejarah yang lampau."
Apakah jadinya arti tuduhan ini? Sejarah dari seluruh masyarakat masa lampau
terdiri dari perkembangan antagonisme-antagonisme kelas, antagonisme-antagonisme
yang mempunyai berbagai bentuk dalam berbagai zaman.
Tetapi bagaimanapun juga bentuknya, satu kenyataan adalah sama untuk segala
zaman yang telah lampau, yaitu, penghisapan atas sebagian dari masyarakat oleh
suatu bagian yang lain. Maka tidaklah mengherankan bahwa kesadaran sosial dari
abad-abad yang lampau, biarpun terdapat segala kebanyak ragaman dan corak,
bergerak dalam bentuk-bentuk tertentu yang sama, atau pikiran-pikiran umum, yang
tidak dapat hilang sepenuhnya kecuali dengan lenyapnya sama sekali antagonisme-antagonisme
kelas.
Revolusi Komunis adalah pemutusan yang paling radikal dengan hubungan-hubungan
milik yang tradisionil; tidaklah mengherankan bahwa perkembangannya membawa
serta pemutusan yang paling radikal dengan pikiran-pikiran yang tradisionil.
Tetapi marilah kita biarkan saja dulu, keberatan-keberatan borjuis terhadap
Komunisme.
Telah kita lihat di atas, bahwa langkah pertama dalam revolusi kelas buruh,
adalah mengangkat proletariat pada kedudukan kelas yang berkuasa, memenangkan
perjuangan demokrasi.
Proletariat akan menggunakan kekuasaan politiknya untuk merebut, selangkah demi
selangkah, semua kapital dari borjuasi, memusatkan semua perkakas produksi ke
dalam tangan Negara, artinya, proletariat yang terorganisasi sebagai kelas yang
berkuasa [29]; dan untuk meningkatkan jumlah tenaga-tenaga produktif secepat
mungkin.
Tentu saja, pada permulaannya, ini tak dapat dilaksanakan kecuali dengan jalan
perombakan tak kenal ampun terhadap hak-hak atas milik, dan terhadap syarat
produksi borjuis; oleh sebab itu dengan jalan tindakan-tindakan yang nampaknya
secara ekonomi tidak mencukupi dan tak tertahankan, tetapi yang selama
berlangsungnya gerakan itu, berlari lebih cepat, sehingga menghendaki perombakan
yang lebih lanjut terhadap susunan masyarakat lama, dan merupakan sesuatu yang
tak terelakkan sebagai cara untuk merevolusionerkan cara produksi.
Tindakan-tindakan ini tentu saja akan berlainan di negeri-negeri yang berlainan.
Biarpun demikian, di negeri-negeri yang paling maju, tindakan-tindakan yang
berikut ini umumnya dapat saja diterapkan [30].
1. Penghapusan milik berupa tanah dan penggunaan segala sewa tanah untuk
anggaran Negara.
2. Pajak penghasilan progresif yang berat.
3. Penghapusan hak waris.
4. Penyitaan milik semua emigran dan pemberontak.
5. Pemusatan kredit di tangan Negara, dengan perantaraan sebuah bank nasional
dengan kapital Negara dan monopoli penuh.
6. Pemusatan alat-alat perhubungan dan pengangkutan ke dalam tangan Negara. 7.
Penambahan pabrik-pabrik dan perkakas-perkakas produksi yang dimiliki oleh
Negara; penggarapan tanah-tanah terlantar, dan perbaikan tanah umumnya sesuai
dengan rencana bersama.
8. Wajib kerja yang sama untuk semua, pembentukan tentara-tentara industri,
terutama untuk pertanian.
9. Penggabungan antara perusahaan pertanian dengan perusahaan industri,
penghapusan berangsur-angsur perbedaan antara kota dan desa, dengan pembagian
penduduk yang lebih seimbang ke seluruh negeri.
10. Pendidikan cuma-cuma untuk semua anak di sekolah-sekolah umum; penghapusan
kerja anak-anak di pabrik dalam bentuknya yang sekarang ini. Perpaduan
pendidikan dengan produksi materiil, dsb., dsb.
Apabila, dalam perjalanan perkembangan, perbedaan-perbedaan kelas telah hilang,
dan seluruh produksi telah dipusatkan ke dalam tangan suatu perserikatan luas
dari seluruh nasion, kekuasaan umum akan kehilangan watak politiknya. Kekuasaan
politik, menurut arti kata yang sesungguhnya, hanyalah kekuasaan terorganisasi
dari suatu kelas untuk menindas kelas yang lain. Apabila proletariat selama
perjuangannya melawan borjuasi terpaksa, karena tekanan keadaan, mengorganisasi
dirinya sebagai kelas, apabila, dengan jalan revolusi, ia menjadikan dirinya
kelas yang berkuasa, dan, sebagai kelas yang berkuasa, menghapuskan dengan
kekerasan hubungan-hubungan produksi yang lama, maka ia, bersama-sama dengan
syarat-syarat ini akan menghilangkan syarat-syarat untuk adanya antagonisme-antagonisme
kelas dan adanya kelas-kelas pada umumnya, dan dengan demikian akan menghapuskan
kekuasaannya sendiri sebagai kelas.
Sebagai ganti dari masyarakat borjuis yang lama, dengan kelas-kelasnya beserta
antagonisme-antagonisme kelasnya, kita akan mempunyai suatu persekutuan hidup di
mana perkembangan bebas dari setiap orang menjadi syarat bagi perkembangan bebas
dari semuanya.
III. Literatur Sosialis dan Komunis [31]
1. Sosialisme reaksioner
a. Sosialisme feodal
Disebabkan oleh kedudukanya di dalam sejarah, menjadilah panggilan suci
aristokrasi Perancis dan Inggeris untuk menulis brosur-brosur menentang
masyarakat burjuis modern. Dalam revolusi Perancis bulan Juli 1830, dan dalam
gerakan Reform Inggeris, [32] aristokrasi ini sekali lagi takluk pada parvenu [33]
yang dibenci itu. Suatu perjuangan politik yang gawat sudah tidak mungkin ada
lagi sama sekali. Hanya tinggal perjuangan literaturlah yang masih mungkin.
Tetapi dalam lapangan literaturpun semboyan-semboyan lama dari zaman restorasi
telah menjadi tidak mungkin. [34]
Untuk membangkitkan simpati, aristokrasi itu terpaksa pura-pura melupakan
kepentinganya sendiri dan merumuskan surat tuduhanya terhadap burjuasi demi
kepentingan kelas buruh yang terhisap semata-mata. Jadi aristokrasi membalas
dendamnya dengan menjanjikan lagu-lagu sindiran terhadap majikannya yang baru,
dan membisikkan ke telinga majikanya itu ramalan-ramalan buruk tentang bencana
yang akan datang.
Dengan jalan ini timbullah sosialisme feodal: setengah ratapan, setengah
sindiran; setengah gema masa lampau, setengah ancaman masadatang; kadang-kadang
dengan kritiknya yang pietah, pahit dan tajam menusuk burjuasi tepat pada ulu
hatinya; tetapi akibatnya selalu menggelikan karena sama sekali tak mempunyai
kemampuan untuk memahami perjalanan sejarah modern.
Untuk menghimpun Rakyat di sekitar dirinya, aristokrasi melambai-lambaikan
kantong-pengemis proletar sebagai panji-panjinya. Tetapi sedemikian sering
Rakyat mengikuti mereka, Rakyat melihat di belakang mereka lambang kebesaran
feodal yang lama, dan lari bubar dengan tawa lebar dan mengejek.
Sebagian dari kaum Legitimis [35] Perancis dan kaum “Inggeris Muda” [36]
memainkan lakon ini.
Dalam menunjukkan bahwa cara penghisapan mereka adalah berlainan dengan cara
penghisapan burjuasi, kaum feodal lupa bahwa mereka menghisap dalam keadaan-keadaan
dan syarat-syarat yang berlainan sama sekali, dan yang kini telah menjadi kuno.
Dalam memperlihatkan bahwa di bawah kekuasaan mereka tak pernah ada proletariat
modern, mereka.lupa bahwa burjuasi modern adalah anak keturunan yang sewajarnya
dari bentuk masyarakat mereka sendiri.
Lain daripada itu, mereka sedikit sekali menyembunyikan watak reaksioner dari
kritiknya sehingga tuduhan mereka yang terutama terhadap burjuasi berarti juga
bahwa di bawah rezim burjuis berkembanglah suatu kelas, yang nantinya akan pasti
menghancurleburkan seluruh susunan tatatertib masyarakat lama.
Kemarahan mereka terhadap burjuasi mengenai hal bahwa burjuasi melahirkan
proletariat, tidak sehebat kemarahannya mengenai hal bahwa burjuasi melahirkan
proletariat yang revolusioner.
Oleh sebab itu, dalam praktek politik, mereka ikut serta dalam segala tindakan
kekerasan terhadap kelas buruh; dan dalam kehidupan biasa sehari-hari, biarpun
ucapan-ucapannya begitu muluk tinggi membubung, mereka tidak malu-malu untuk
memungut warisan buah lezat yang jatuh dari pohon industri dan tidak malu-malu
pula untuk menukarkan kejujuran, cinta dan kehormatan dengan perdagangan bulu
domba, perdagangan ubi-gula dan minuman-minuman keras yang terbuat dari kentang.
[37]
Sebagaimana pendeta senantiasa berjalan bergandengan tangan dengan tuan tanah,
demikian jugalah Sosialisme Gereja dengan Sosialisme Feodal.
Tak ada hal lain yang lebih mudah daripada memberi pulasan Sosialis pada
asetisme [38] Kristen. Bukankah agama Kristen telah berseru dengan lantangnya
menentang milik perseorangan, menentang perkawinan, menentang Negara? Bukankah
ia, sebagai ganti semuanya itu tadi, telah mengkhotbahkan kedermawanan dan
kemiskinan, pembujangan dan kebiasaan menahan nafsu, kehidupan biara dan Ibunda
Gereja? Sosialisme Kristen tidak lain hanyalah air suci yang digunakan oleh
pendeta untuk mengkuduskan sakit-hati kaum aristokrat.
b. Sosialisme Burjuis Kecil
Aristokrasi feodal bukanlah satu-satunya kelas yang telah diruntuhkan oleh
burjuasi, bukanlah satu-satunya kelas yang syarat-syarat kelangsungannya menjadi
rusak dan musnah dalam suasana masyarakat burjuis modern. Warga kota dari Zaman
Tengah dan petani pemilik kecil adalah pendahulu dari burjuasi modern. Di negeri-negeri
yang industri dan perniagaannya belum berkembang, kedua kelas ini masih hidup
berdampingan dengan burdjuasi yang sedang tumbuh.
Di negeri-negeri di mana peradaban modern telah berkembang sepenuhnya,
terbentuklah suatu kelas burjuis kecil, yang terombang-ambing di antara
proletariat dan burjuasi dan senantiasa memperbarui dirinya sebagai bagian-tambahan
dari masyarakat burjuis. Tetapi anggota-anggota orang-seorang dari kelas ini
terus-menerus dicampakkan kedalam kalangan proletariat oleh karena persaingan,
dan setelah industri modern maju, mereka itu malahan melihat datangnya saat
dimana mereka akan lenyap sama sekali sebagai golongan yang berdiri-sendiri dari
masyarakat modern, untuk digantikan, dalam perusahaan-perusahaan, pertanian dan
perniagaan, oleh mandor-mandor, pegawai-pegawai, dan pelayan-pelayan toko.
Di negeri-negeri semacam Perancis, di mana kaum taninya merupakan bagian yang
jauh lebih besar daripada separo jumlah penduduk, adalah wajar bahwa penulis-penulis
yang memihak proletariat menentang burjuasi, memakai ukuran petani dan burjuis
kecil dalam kritiknya terhadap rezim burjuis, dan dari segi pendirian kelas-kelas
perantara ini membela kelas buruh. Dengan begitu timbullah Sosialisme burjuis
kecil. Sismondi [39] adalah pemuka dari ajaran ini, tidak hanya di Perancis saja,
tetapi juga di Inggeris.
Ajaran Sosialisme ini dengan sangat tajamnya mengurai kontradiksi-kontradiksi di
dalam syarat-syarat industri modern. Ia menelanjangi pembelaan-pembelaan munafik
dari kaum ekonomis. Ia membuktikan dengan tak dapat disangkal lagi, akibat-akibat
yang mencelakakan dari mesin dan pembagian kerja; konsentrasi kapital dan tanah
ke dalam beberapa tangan saja; produksi-kelebihan dan krisis-krisis ; ia
menunjukkan keruntuhan yang tak terelakkan dari burjuis kecil dan tani,
kesengsaraan proletariat, anarki dalam produksi, ketidakadilan yang sangat
menyolok dalam pembagian kekayaan, perang pemusnahan di bidang industri di
kalangan nasion-nasion, penghancuran ikatan-ikatan moral lama, hubungan-hubungan
kekeluargaan lama, nasionalitet-nasionalitet lama.
Menurut tujuannya yang positif, bagaimanapun juga Sosialisme macam ini
memperjuangkan hidup kembalinya alat-alat produksi dan alat-alat pertukaran lama
dan bersama itu semua hubungan milik lama serta masyarakat lama, atau membatasi
alat-alat produksi dan alat-alat pertukaran modern di dalam rangka hubungan
milik lama yang telah dan pasti dihancurkan oleh alat-alat itu. Dalam kedua hal
ini, kedua-duanya adalah reaksioner dan utopi.
Kata-kata mereka yang terakhir ialah: Gabungan gilde sebagai ganti manufaktur;
hubungan-hubungan patriarkal dalam pertanian.
Akhirnya, ketika kenyataan-kenyataan sejarah yang tak dapat dibantah lagi telah
menghapuskan semua pengaruh dari penipuan diri sendiri yang memabukkan,
Sosialisme macam ini mengundurkan diri dengan hina dan sangat mengibakan.
c. Sosialisme Jerman atau Sosialisme “Sejati”
Literatur Sosialis dan Komunis Perancis, suatu literatur yang lahir di bawah
tekanan burjuasi yang sedang berkuasa, dan yang merupakan pernyataan dari
perjuangan melawan kekuasaan ini, dimasukkan ke Jerman pada suatu waktu ketika
burjuasi di negeri itu baru saja memulai perjuangannya menentang absolutisme
feodal.
Kaum filsuf, setengah-filsuf dan “jiwa-jiwa berbakat” Jerman dengan penuh nafsu
menguasai literatur ini dan hanya lupa bahwa berpindahnya tulisan-tulisan
tersebut keluar dari Perancis tidaklah disertai oleh berpindahnya syarat-syarat
sosial Perancis ke Jerman. Setelah berhadap-hadapan dengan syarat-syarat sosial
di Jerman, literatur Perancis ini kehilangan segala arti praktisnya yang
langsung, dan hanya mempunyai corak literer semata-mata. Dengan demikian, bagi
para filsuf Jerman abad kedelapanbelas, tuntutan-tuntutan Revolusi Perancis yang
pertama tidaklah lebih daripada tuntutan-tuntutan “Akal Praktis” pada umumnya,
dan pernyataan kemauan dari burjuasi yang revolusioner, menurut pandangan mereka
berarti hukum-hukum dari Kemauan belaka, hukum-hukum dari Kemauan sebagaimana
yang seharusnya, hukum-hukum dari Kemauan manusia yang sejati pada umumnya.
Tulisan-tulisan kaum literat Jerman hanya berwujud penyesuaian pikiran-pikiran
baru Perancis itu dengan perasaan filsafat kuno mereka, atau lebih tepat lagi,
mengambil pikiran-pikiran Perancis itu dengan tidak meninggalkan pandangan
filsafat mereka sendiri.
Cara mengambilnya berlangsung sama seperti memiliki bahasa asing, yaitu dengan
jalan menterjemahkan.
Umum mengetahui bagaimana rahib-rahib menuliskan riwayat hidup yang tidak masuk
akal dari orang-orang suci Katolik di atas manuskrip di mana telah dituliskan
karangan-karangan kelasik dari zaman purbakala ketika orang belum beragama. Kaum
literat Jerman berbuat sebaliknya dengan literatur keduniaan Perancis. Mereka
menuliskan filsafatnya yang tidak ada artinya itu di belakang tulisan Perancis
yang asli. Misalnya, di belakang kritik Perancis tentang fungsi-fungsi ekonomi
dari uang mereka tulis “Pengungkiran terhadap Kemanusiaan”, dan di belakang
kritik Perancis tentang negara burjuis, mereka tulis “Penghapusan pengaruh faham
abstrak pada umumnya”, dan seterusnya.
Penyelundupan kata-kata kosong filsafat ini ke dalam kritik-kritik Perancis
bersejarah itu mereka namakan “Filsafat Tindakan”, “Sosialisme Sejati”, “Ilmu
Jerman tentang Sosialisme”, “Dasar Filsafat Sosialisme”, dan seterusnya.
Literatur Sosialis dan Komunis Perancis dengan demikian menjadi dikebiri sama
sekali. Dan oleh karena literatur ini di dalam tangan bangsa Jerman tidak lagi
menyatakan perjuangan suatu kelas melawan kelas lainnya, dia merasa yakin telah
mengatasi “kesepihakan Perancis” dan merasa telah mengemukakan bukan keperluan-keperluan
yang sebenarnya, tetapi keperluan-keperluan akan Kebenaran; bukan kepentingan-kepentingan
proletariat, tetapi kepentingan-kepentingan Dunia Kemanusiaan, Manusia umumnya,
yang tidak termasuk dalam sesuatu kelas, tidak mempunyai kenyataan, manusia yang
hanya terdapat di dalam dunia gelap khayalan filsafat saja.
Sosialisme Jerman ini yang telah menerima pelajarannya sebagai murid begitu
sungguh-sungguh dan khidmat, dan yang telah memuji-muji dagangannya yang tak
berharga itu dengan gaja tukang jual obat, sementara itu berangsur-angsur
berkurang ketololannya yang congkak itu.
Perlawanan burjuasi Jerman dan terutama burjuasi Prusia terhadap aristokrasi
feodal dan monarki absolut dengan perkataan lain, gerakan liberal, menjadi
semakin sengit.
Dengan demikian Sosialisme “Sejati” mendapat kesempatan yang telah dinanti-nantikan
itu untuk menghadapi gerakan politik dengan tuntutan-tuntutan Sosialls, untuk
melemparkan kutukan-kutukan tradisionil terhadap liberalisme, terhadap
pemerintah yang representatif, terhadap persaingan burjuis, kemerdekaan pers
burjuis, perundang-undangan burjuis, kemerdekaan dan persamaan burjuis, dan
untuk menganjurkan kepada massa bahwa mereka tak akan mendapat suatu apapun dan
akan kehilangan segala-galanya dalam gerakan burjuis ini. Sosialisme Jerman yang
menjadi kumandang kosong dari kritik-kritik Perancis justru lupa pada waktu itu,
bahwa kritik-kritik Perancis mengandung ketentuan adanya masyarakat burjuis
modern dengan syarat-syarat ekonomi hidupnya yang sesuai dan susunan politik
yang disesuaikan dengan itu, ialah hal-hal yang sebenarnya harus dicapai sebagai
tujuan dari perjuangan yang akan datang di Jerman.
Bagi pemerintah-pemerintah yang mempunyai kekuasaan mutlak dengan pengikut-pengikutnya
yang terdiri dari pendeta-pendeta, profesor-profesor, tuantanah-tuantanah besar
dan pegawai-pegawai pemerintah, Sosialisme “Sejati” ini merupakan suatu alat
yang berguna untuk menakut-nakuti burjuasi yang sedang mengancam.
Ini adalah sebagai obat penawar sesudah merasakan kepedihan cambukan dan
tembakan yang digunakan oleh pemerintah-pemerintah tadi, justru pada waktu itu,
untuk menghadapi pemberontakan-pemberontakan kelas buruh Jerman.
Jadi selain daripada Sosialisme “Sejati” ini menjadi senjata bagi pemerintah-pemerintah
itu guna melawan burjuasi Jerman, ia juga langsung mewakili kepentingan
reaksioner, kepentingan burjuasi kecil Filistin [40] Jerman. Di Jerman, kelas
burjuis kecil, peninggalan abad keenambelas, yang sejak itu senantiasa timbul
kembali dalam berbagai bentuk, adalah dasar sosial yang sebenarnya dari keadaan-keadaan
yang sedang berlaku.
Mempertahankan kelas ini berarti mempertahankan keadaan-keadaan yang sedang
berlaku di Jerman. Kekuasaan industri dan politik dari burjuasi mengancam kelas
ini dengan suatu kehancuran - pada satu pihak, karena konsentrasi kapital; pada
pihak lain, karena timbulnya proletariat yang revolusioner. Sosialisme “Sejati”
timbul untuk membunuh kedua mangsanya ini dengan satu kali pukul. Ia menjalar
seperti suatu wabah.
Pakaian yang terbuat daripada jaring laba-laba yang spekulatif, disulam dengan
bunga kata-kata indah yang dicelup ke dalam air perasaan hati yang merana,
pakaian yang luar biasa ini yang digunakan oleh kaum Sosialis Jerman untuk
membalut “kebenaran-kebenaran abadi” mereka yang tidak berharga, yang hanya
tinggal kulit dan tulang belaka, dapat memperluas penjualan barang dagangan
mereka secara luar biasa di kalangan publik yang semacam itu.
Dan dari pihaknya sendiri, Sosialisme Jerman makin lama makin mengakui panggilan
atas dirinya sebagai wakil dari kaum Filistin burjuis kecil yang sombong.
Ia mengumumkan nasion Jerman sebagai manusia teladan dan Filistin kecil Jerman
sebagai manusia teladan. Kepada setiap kerendahan budi yang keji dari manusia
teladan ini ia berikan pengertian sosialis yang lebih tinggi, yang tersembunyi,
yang sungguh bertentangan dengan wataknya yang sebenarnya. Ia telah bertindak
sedemikian jauh hingga dengan langsung menentang aliran Komunisme yang “merusak
secara ganas”, dan dengan menyatakan kebenciannya yang amat sangat dan tidak
berpihak terhadap semua perjuangan kelas. Kecuali beberapa buah saja, segala
yang dinamakan publikasi Sosialis dan Komunis yang sekarang (1847) beredar di
Jerman termasuk dalam lingkungan literatur yang kotor dan melemahkan semangat
ini. [e]
2. Sosialisme Konservatif atau Sosialisme Burjuis
Sebagian dari burjuasi berkehendak memperbaiki kepincangan-kepincangan sosial
untuk menjamin kelangsungan masyarakat burjuis.
Ke dalam golongan.ini termasuk kaum ekonomis, filantropis, humanis, golongan
yang bertujuan memperbaiki keadaan kelas buruh, organisator-organisator badan
amal, anggota-anggota perkumpulan-perkumpulan penyayang binatang, kaum fanatis
penganut kesederhanaan, kaum perombak secara tambalsulam dari segala macam corak.
Dan lagi bentuk Sosialisme ini telah diolah lebih lanjut dan tersusun menjadi
sistim-sistim yang sempurna.
Sebagai suatu contoh dari Sosialisme macam ini boleh disebut Philosophie de la
Misère [41] dari Proudhon.
Burjuis Sosialis menghendaki segala kebaikan dan manfaat dari syarat-syarat
sosial modern tanpa perjuangan dan bahaya-bahaya yang mesti timbul dari situ.
Mereka menginginkan keadaan masyarakat yang sekarang tanpa anasir-anasirnya yang
revolusioner dan yang mendatangkan kehancuran. Mereka menghendaki suatu burjuasi
tanpa proletariat. Burjuasi tentu saja menganggap dunia di mana ia menjadi yang
dipertuan sebagai dunia yang terbaik. Sosialisme burjuis mengembangkan anggapan
yang menyenangkan ini menjadi berbagai sistim yang sempurna atau setengah
sempurna. Dalam menghendaki supaya proletariat melaksanakan sistim semacam itu,
dan supaya dengan demikian langsung memasuki Jerusalem Baru, ia dalam
kenyataannya hanyalah menghendaki supaya proletariat tinggal di dalam batas-batas
masyarakat yang ada sekarang, tetapi harus melemparkan segala pikiran
kebenciannya mengenai burjuasi.
Bentuk yang kedua dari Sosialisme ini yang lebih praktis tetapi kurang
sistimatis, mencoba mengecilkan tiap gerakan revolusioner di mata kelas buruh
dengan menunjukkan bahwa bukan reform politik semata-mata, tetapi hanyalah suatu
perubahan dalam syarat-syarat hidup materiil, dalam hubungan-hubungan ekonomi,
yang akan mendatangkan sesuatu manfaat dan keuntungan bagi mereka. Tetapi dengan
perubahan-perubahan dalam syarat-syarat hidup materiil, bentuk Sosialisme ini
sekali-kali tidak mengartikan penghapusan hubungan-hubungan produksi burjuis,
suatu penghapusan yang hanya dapat dilakukan dengan suatu revolusi, tetapi
perbaikan-perbaikan administratif yang didasarkan pada terus berlangsungnya
hubungan-hubungan produksi ini; maka itu, perbaikan-perbaikan yang sama sekali
tidak mempengaruhi hubungan-hubungan antara kapital dengan kerja, tetapi paling
banyak, mengurangi beaja dan menyederhanakan pekerjaan administratif pemerintah
burjuis.
Sosialisme burjuis mendapat pernyataan yang selaras, jika dan hanya jika ia
menjadi suatu susunan kata-kata kosong dalam pidato belaka.
Perdagangan bebas! untuk kepentingan kelas buruh; tarif-bea yang melindungi!
untuk kepentingan kelas buruh; perubahan peraturan penjara! untuk kepentingan
kelas buruh; inilah kata-kata yang terakhir dan satu-satunya yang sungguh-sungguh
dimaksudkan oleh Sosialisme burjuis.
Ia disimpulkan dalam kata-kata: burjuis adalah burjuis - untuk kepentingan kelas
buruh.
3. Sosialisme dan Komunisme yang Kritis Utopi
Kita di sini tidak membicarakan literatur yang dalam tiap revolusi besar modern
selalu menyatakan tuntutan-tuntutan proletariat, seperti tulisan-tulisan Babeuf
[42] dan lain-lainnya. Percobaan-percobaan langsung yang pertama dari
proletariat untuk mencapai tujuan-tujuannya sendiri, yang dilakukan dalam waktu
kekacauan umum, ketika masyarakat feodal sedang ditumbangkan, percobaan-percobaan
ini sudah tentu gagal, oleh karena keadaan proletariat yang belum berkembang
ketika itu dan juga oleh tidak adanya syarat-syarat ekonomi untuk kebebasannya,
syarat-syarat yang masih harus diadakan dan hanya dapat diadakan oleh zaman
burjuis yang akan datang. Literatur revolusioner yang mengikuti gerakan-gerakan
yang pertama dari proletariat ini sudah tentu mempunyai watak yang reaksioner.
Ia memberikan didikan asetisme universal dan didikan persamaan sosial dalam
bentuk yang sangat kasar.
Sistim-sistem yang sesungguhnya dinamakan sistim Sosialis dan Komunis, yaitu
sistim-sistem Saint-Simon, Fourier, Owen dan lain-lainnya, timbul pada permulaan
masa belum berkembangnya perjuangan antara proletariat dengan burjuasi, seperti
diterangkan di atas. (Iihat Bab I. Kaum Burjuis dan Kaum Proletar).
Para pendiri sistim ini, sesungguhnya melihat antagonisme-antagonisme kelas, dan
juga melihat bergeraknya anasir-anasir yang menghancurkan bentuk masyarakat yang
sedang berlaku. Tetapi proletariat, yang baru lahir ini, memberikan kepada
mereka suatu gambaran dari kelas yang tidak mempunyai sesuatu inisiatif
bersejarah atau sesuatu gerakan politik yang berdiri sendiri.
Karena perkembangan antagonisme kelas adalah sejalan dengan perkembangan
industri, maka keadaan ekonomi, sebagaimana yang mereka ketahui, masih belum
lagi memberikan kepada mereka syarat-syarat materiil untuk kebebasan proletariat.
Oleh sebab itu mereka mencari suatu ilmu sosial baru, mencari hukum-hukum sosial
baru, untuk menimbulkan syarat-syarat ini.
Aktivitet mencipta dari mereka sendiri harus menggantikan aktivitet sosial;
syarat-syarat untuk kebebasan yang ditimbulkan menurut sejarah harus tunduk pada
syarat-syarat yang bersifat khayal; dan terorganisasinya proletariat sebagai
kelas yang maju secara berangsur-angsur harus tunduk pada terorganisasinya suatu
masyarakat yang diangan-angankan oleh mereka sendiri. Sejarah yang akan datang,
menurut pandangan mereka, menjadi propaganda dan penyelenggaraan dalam praktek
dari rencana-rencana sosial mereka.
Dalam menyusun rencana-rencananya itu, mereka sudah tentu insyaf bahwa mereka
terutama memperhatikan kepentingan kelas buruh sebagai kelas yang paling
menderita. Mereka memandang proletariat hanya semata-mata sebagai kelas yang
menderita.
Keadaan perjuangan kelas yang belum berkembang itu, maupun keadaan-keadaan
sekeliling mereka sendiri, menyebabkan kaum Sosialis semacam ini menganggap
dirinya jauh diatas segala antagonisme-antagonisme kelas. Mereka ingin
memperbaiki keadaan tiap-tiap anggota masyarakat, bahkan juga keadaan golongan
yang sudah paling beruntung. Dari itu, mereka biasa berseru kepada masyarakat
seumumnya tanpa membeda-bedakan kelas; bahkan lebih suka berseru kepada kelas
yang berkuasa. Sebab, jika sekali orang sudah mengerti akan sistim mereka,
bagaimanakah orang itu tak akan melihat di dalamnya rencana yang terbaik dari
keadaan masyarakat yang terbaik?
Oleh sebab itu mereka menolak segala aksi politik, dan terutama segala aksi
revolusioner; mereka ingin mencapai tuiuan-tujuannya dengan jalan damai, dan
berusaha dengan percobaan-percobaan kecil yang sudah tentu gagal, dan dengan
kekuatan contoh, untuk membuka jalan bagi ajaran sosial baru ini.
Gambaran-gambaran khayal dari masyarakat masadatang yang semacam itu, yang
digambarkan pada masa ketika proletariat masih berada dalam keadaan yang sangat
terbelakang dan hanya mempunyai pandangan yang bersifat khayal tentang
kedudukannya sendiri, adalah sesuai dengan hasrat-hasrat pertama yang naluriah
dari kelas itu untuk pembangunan-kembali masyarakat secara umum.
Tetapi tulisan-tulisan Sosialis dan Komunis ini juga mengandung suatu anasir
yang kritis. Mereka menyerang tiap dasar dari masyarakat yang sekarang. Oleh
sebab itu mereka memberi bahan-bahan penerangan yang sangat berharga bagi kelas
buruh. Tindakan-tindakan praktis yang diusulkan didalamnya - seperti penghapusan
perbedaan antara kota dan desa, penghapusan keluarga, penghapusan dijalankannya
industri-industri untuk kepentingan perseorangan, dan penghapusan sistim-sumpah,
pernyataan tentang persamaan sosial, perubahan fungsi Negara menjadi hanya
pengawas produksi saja - semua usul ini semata-mata menunjukkan hilangnya
antagonisme-antagonisme kelas yang pada waktu itu baru saja mulai timbul, dan
yang dalam tulisan-tulisan ini, baru dikenal hanya dalam bentuknya yang
permulaan, yang hanya samar-samar dan tidak tertentu. Oleh sebab itu usul-usul
tersebut sama sekali bersifat utopi.
Isi Sosialisme dan Komunisme yang kritis-utopi itu mengandung suatu tujuan yang
bertentangan dengan perkembangan sejarah. Bersamaan dengan berkembangnya
perjuangan kelas dan bersamaan dengan perjuangan kelas itu mengambil bentuk yang
tertentu, maka hilanglah semua arti dalam praktek dan kebenaran teoritis dari
pendirian khayal yang menyatakan berada diluar perjuangan, dan demikian juga
serangan-serangan yang bersifat khayal terhadapnya. Oleh karena itu, walaupun
para pencipta sistim-sistem ini dalam banyak hal revolusioner, pengikut-pengikut
mereka senantiasa merupakan golongan-golongan reaksioner semata-mata. Mereka
berpegang teguh kepada pandangan-pandangan asli dari guru-guru mereka,
bertentangan dengan perkembangan kesejarahan yang progresif dari proletariat.
Oleh karena itu mereka mencoba dengan konsekwen memadamkan perjuangan kelas dan
mendamaikan antagonisme-antagonisme kelas. Mereka masih memimpikan pelaksanaan
percobaan dari utopi-utopi sosial mereka, bermimpi tentang membentuk “phalanstere-phalanstere”
[f] yang terpencil, tentang mendirikan “Home Colonies” [g] atau mengadakan suatu
“Icaria Kecil” - Jerusalem Baru kecil-kecilan - dan untuk mewujudkan segala
lamunan ini, mereka terpaksa meminta belaskasihan dan uang dari kaum burjuis.
Ber-angsur-angsur mereka tenggelam kedalam golongan kaum Sosialis konservatif
reaksioner yang telah digambarkan di atas, berbeda dengan mereka ini hanya dalam
hal bahwa mereka berlagak pintar dengan lebih sistimatis, dan dalam hal
kepercayaan mereka yang fanatik dan bersifat ketakhayulan kepada pengaruh yang
mentakjubkan dari ilmu sosial mereka.
Oleh karena itu mereka dengan keras menentang segala aksi politik dari pihak
kelas buruh; aksi yang semacam itu, menurut mereka, hanya dapat terjadi karena
sama sekali tidak percaya kepada ajaran yang baru itu.
Kaum Owenis di Inggris dan kaum Fourieris di Perancis masing-masing menentang
kaum Cartis [43] dan kaum Reformis. [44]
IV. Pendirian kaum Komunis dalam hubungan dengan berbagai partai oposisi
Dalam Bab II telah dijelaskan hubungan-hubungan kaum Komunis dengan partai-partai
kelas buruh yang ada, seperti kaum Cartis di Inggeris dan kaum Reformer Agraria
di Amerika. [45]
Kaum Komunis berjuang untuk mencapai tujuannya yang terdekat, untuk menuntut
pelaksanaan kepentingan-kepentingan sementara dari kelas buruh; tetapi dalam
gerakan yang sekarang mereka juga mewakili dan memperhatikan masadatang gerakan
itu. Di Perancis kaum Komunis menggabungkan diri dengan kaum Sosial-Demokrat [h]
menentang burjuasi yang konservatif dan radikal, tetapi dengan memegang teguh
hak untuk menentukan pendirian yang kritis terhadap semboyan-semboyan dan ilusi-ilusi
yang ditinggalkan turun-temurun oleh Revolusi yang besar.
Di Swis mereka menyokong kaum Radikal [46], dengan tidak melupakan kenyataan,
bahwa partai ini terdiri dari anasir-anasir yang antagonistis, sebagian dari
kaum Sosialis Demokrat, menurut faham Perancis, sebagian dari kaum burjuis
radikal.
Di Polandia mereka menyokong partai yang mendorong revolusi agraria sebagai
syarat utama untuk kebebasan nasional, menyokong partai yang mengobarkan
pemberontakan Krakau dalam tahun 1846. [47]
Di Jerman mereka berjuang bersama-sama dengan burjuasi selama burjuasi itu
bertindak secara revolusioner menentang monarki absolut, tuantanah feodal dan
burjuasi kecil. [48]
Tetapi mereka tak pernah berhenti barang sekejappun menanamkan kedalam kelas
buruh pengertian yang sejelas mungkin tentang antagonisme yang bermusuhan antara
burjuasi dengan proletariat, supaya kaum buruh Jerman dapat langsung menggunakan
semua syarat sosial dan politik yang tidak boleh tidak mesti ditimbulkan oleh
burjuasi bersama-sama dengan kekuasaannya, sebagai senjata terhadap burjuasi,
dan supaya sesudah jatuhnya kelas-kelas reaksioner di Jerman, perjuangan melawan
burjuasi itu sendiri dapat segera dimulai.
Kaum Komunis mengarahkan perhatiannya terutama kepada Jerman, sebab negeri itu
sedang berada dekat pada saat revolusi burjuis yang mesti akan berlangsung dalam
syarat-syarat peradaban Eropa yang lebih maju dan dengan suatu proletariat yang
jauh lebih maju daripada proletariat di lnggeris dalam abad ketujuhbelas, dan
proletariat di Perancis dalam abad kedelapanbelas, dan oleh karena itu revolusi
burjuis di Jerman tidak lain hanya akan menjadi pendahuluan dari suatu revolusi
proletar yang segera akan menyusul.
Pendeknya, dimana-mana kaum Komunis menyokong tiap gerakan revolusioner
menentang susunan tatatertib sosial dan politik yang sekarang. [i]
Dalam segala gerakan ini mereka mengemukakan masalah milik sebagai masalah yang
pokok bagi tiap gerakan, tidak pandang derajat perkembangannya pada waktu itu.
Akhirnya, mereka bekerja dimana saja untuk persatuan dan kerukunan partai-partai
demokratis di semua negeri.
Kaum Komunis tidak sudi menyembunyikan pandangan-pandangan dan cita-citanya.
Mereka menerangkan dengan terang-terangan bahwa cita-citanya dapat dicapai hanya
dangan membongkar dengan kekerasan segala syarat sosial yang sedang berlaku.
Biarkan kelas-kelas yang berkuasa gemetar menghadapi revolusi Komunis. Kaum
proletar tidak akan kehilangan suatu apapun kecuali belenggu mereka. Mereka akan
menguasai dunia.
Kaum buruh sedunia, bersatulah!
Terima kasih sudah singgah di blog ID CREATIVE «« jangan lupa tinggalkan komentarnya "thanks.