Pembodohan Massal Ala Media Elektronik

Tidak ada yang tidak saya setujui dari uraian 2 kawan ini. Tayangan sinetron relijius kayak Rahasia illahi dan sebangsanya tak lain dan tak bukan adalah pembodohan. ayat Tuhan cuman mujarab dipake membakar setan. alim ulama hanya tukang pengusir setan yang nongkrongin tubuh manusia alias kesurupan...
apa sih bedanya dengan film2 ala Suzanaa jaman 80.an macam Malem Satu Suro or Jumat Kliwon..
Tapi tunggu dulu kawan... tayangan itu yang paling dibeli oleh penonton TV. Ternyata masyarakat kita paling demen dengan Mistis, Esex-esex n Kriminal..
Conto Rahasia Illahi 4 (TPI) ratingnya 8.8 share 26.1 bandingkan dengan Lorong waktu rating cuman 1.9 share 18.8... jauh Bung...
ato Tolong rating 5.2 share 17.8 dibanding Liputan 6 rating hanya 2.5 share 10.5..
rakyat kita lebih demen nonton derita orang ketimbang menyerap berita..
Rating Metro TV stasiun TV berita satu2nya Indonesia cuman nol koma... (kayak IP ku dulu semasa kuliah he..he..he...)
IT'S REAL.....
Bisnis TV, bisnis padat modal... bayangin aja untuk liputan sebuah peristiwa, stasiun TV mengirimkan satu tim liputan terdiri dari 1 orang reporter, 1 orang camera person/man ama 1 orang driver dengan dilengkapi peralatan kamera Panasonic DVC pro seharga (paling murah nich) 300 juta alias 3 kijang plus satu mobil kijang untuk kendaraannya.
Nah kira2 bisa itung sendiri berapa modal yang harus dikucurkan oleh Kapitalis untuk membiayai TV. Denger2, Jakoeb Oetama, tiap bulan mesti mengeluarkan 10 M/bulan untuk menyuntik TV7. Sekali lagi 10 M per bulan.... dari kantong pribadinya...
Nah.. kalo kita udah ngeh TV itu padat modal, sudah hukum kapitalisme bahwa modal harus berganda dan berlipat...
bikinlah tayangan yang dibeli ama penonton. rumus ya 3 itu tadi Mistis Esex2 ama Kriminal alias jualan darah termasuk "eksploitasi" air mata dan kemiskinan...
ada hal menarik di balik dapur klo ada kawan2 yang tahu (ato malah maniak) ama Program FENOMENA di TransTV, produser-nya adalah orang paling Alim alias ahli ibadah.. di mejanya selain tergeletak Kamasutra, Playboy...etc...etc.... Al Qur'an tetap di tumpukan paling atas....
Dari biaya yang mahal ama proses bikin yang susah2 ternyata kelangsungan hidup Stasiun TV cuman diTENTUKAN ama JEMPOL..
Kok Jempol..?? iya jempol penonton yang pegang remote... bila tak suka nonton.. pencet ganti channel.... dan perilaku itu bisa dilihat... tiap Rebo. Nielsen ngasih raport stasiun TV satu minggu lalu.. pergerakan penonton per MENIT bisa dilihat. program mana aja yang disukai dan mana yang dicampakkan...
-----untuk dapet langganan ke Nielsen, stasiun TV harus bayar 800 juta setahun----
So bagi pemilik moodal, simple aja. TAKE IT or LEAVE IT... Klo eneg n tak suka, tinggal gerakan jempol mencet tombol remote cari acara yang kita suka.... Simple...
Tapi kemudian para pekerja di media TV tidaklah larut dalam hal semacam itu. Pertentangan antara kepentingan modal VS idealisme terus menerus berkecamuk..
Contoh lagi.. program KUPAS TUNTAS waktu ngangkat isu Perdamaian ACEH rating cuman 0.8 terus waktu nayangin PSK Pelajar di Bandung ama Medan rating Jadi 1.8..
Pertentangan itulah yang menghidupi dan dihadapi para awak TV..
Upsss. kok jadi panjang lebar ya.. sori tidak maksud menggurui ato sok tau tapi itulah realitanya.. Nah kebetulan aku sekarang lagi menggadaikan nasib di TRANSTV.. di News Program Development... bertanggungjawab mengevaluasi program news in-house Trans ama ngerancang program baru...
Kalo kawan2 mengeluh n ngedumel tayang yang tidak sehat... Boikot aja kagak cukup, kagak ngeffek..Harus ada ide cerdas untuk mengcounter itu...
Do you have any idea..??
Ayo.. eksplorasi ide agar kita bisa bikin tayangan macam apa yang sehat dan enak ditonton plus digemari penonton..
Ada yang berani terima tantangan ini..????
JANGAN PERNAH MUNDUR, JANGAN PERNAH MENYERAH..
ADITYA WARDHANA


comandante sandalista wrote:
Betul bung, aku sepakat.
Tayangan 'gak mutu' ini hanya memberikan
harapan-harapan semu.
Gak cuma tayangan "Aku Ingin Pulang" atau "Uang Kaget"
atau yang sejenis. Tapi juga tayangan kontes-kontes
popularitas seperti afi, idol, kdi, joe miliuner, dan
kontes menjijikkan yang serupa.
Pemirsa, yang mayoritas miskin, dengan kondisi ekonomi
yang semakin parah, hanya dibuai dengan kepalsuan.
Melihat 'keberuntungan' yang dialami orang lain di
layar kaca, mereka berharap suatu saat akan
mendapatkan 'durian runtuh' yang serupa dengan
tayangan yang mereka tonton.
Serupa dengan agama. Memberi janji-janji "tempat di
surga" dan "keselamatan", di kala terjadi penderitaan
di dunia nyata ini. "Biarlah manusia menderita di
dunia ini, tapi selama taat beragama, maka kelak
sesudah mati, niscaya akan memperoleh kebahagiaan
abadi."
Agama bermekaran ketika penderitaan merajalela.
Tayangan televisi seperti yang bung maksud pun tumbuh
berkembang dengan cepat ketika kemiskinan ekonomi
merajalela. Sama seperti lumut yang berbiak berjuluran
di musim penghujan.
Barangkali tepat juga untuk dikatakan bahwa "televisi
itu candu masyarakat"
BOIKOT REALITY SHOW!!!
BOIKOT SINETRON!!!
BOIKOT INFOTAINMENT!!!
DAN BOIKOT TAYANGAN-TAYANGAN YANG MENGKERDILKAN
BANGSA!!!

salam,
SANDALISTA

--- rock_theleft wrote:

> salam pembebasan!!!
>
> Kalau dicermati segala macam tayangan tv yang ada
> sekarang ini bikin
> saya secara pribadi mengelus2 dada (kadang2 memaki!)
> Coba saja anda bayangkan.
>
> 1. Tayangan bersifat sosial seperti "Aku Ingin
> Pulang", "Uang Kaget"
> dst, bagi saya hanya satu tayangan yang
> mengeksploitasi kemiskinan
> orang lain. Dengan membantu "ala kadar"nya si
> produser dapat meraup
> keuntungan berlipat ganda!! dari iklan-iklan dan
> sponsor acara.
> Memang saya sadar betul bahwa dalam kapitalisme,
> meraup laba dengan
> cara apapun adalah KEHARUSAN Tapi kalau memang cara
> mengeksploitasi
> kemiskinan orang, apakah ini wajar??? atau memang
> sesuai dengan ajaran
> agama (bagi yang mengaku beragama)Sungguh ini adalah
> kejahatan yang
> terselubung.
> Pernah sekali penulis berdiskusi masalah ini dengan
> seorang teman yang
> apatis dan pragmatis. komentarnya " Kalo gak begini,
> siapa lagi yang
> mau tolong mereka?"
> Penulis menjawab "Ya jelas harusnya pemerintah yang
> bertanggung jawab!"
> Tapi jawaban itu hanya sekedar lalu saja, karena
> biar bagaimanapun
> pemerintah tetap merupakan beking dari para
> industrialis, para pemilik
> modal yang selalu mengawasi kebijakan-kebijakan yang
> diambilnya.
> Akhirnya penulis mengambil kesimpulan bahwa
> eksploitasi kapitalisme
> telah merubah kedoknya dengan menggunakan topeng
> malaikat, iblis
> berwajah malaikat!!!
>
> 2. Tayangan yang bersifat religi seperti film-film
> yang tidak bisa
> dipertanggung jawabkan secara rasional. film-film
> yang katanya
> bermaksud untuk menyadarkan pemirsanya dari
> perbuatan jahat dan
> tercela, ternyata dari awal sampai akhir hanya
> mempertontonkan
> kengerian dari wajah2 hantu tradisional atau resiko
> yang ditanggung
> bagi pelaku kejahatan. dan ini sangat jauh dari
> kenyataan. Apa memang
> benar ada pelaku kejahatan yang mendapat hukuman
> secara gaib? kalau
> anda pernah menyaksikan salah satu peristiwanya
> dalam dunia nyata
> silahkan kasih komentar ke saya. Kalau seandainya
> memang ada,
> bagaimana dengan pejabat-pejabat korup yang makan
> uang rakyat????
> sampai saat ini mereka masih tenang-tenang aja,
> bahkan terkesan
> "Untouchable".Malahan karena tayangan semacam ini,
> masyarakat dibikin
> ngeri dan diracuni rasionalitasnya. Sungguh suatu
> keadaan yang
> memprihatinkan.
>
> Katanya merdeka sudah lebih dari enam puluh tahun
> yang lalu? kok
> pembodohan masih tumbuh subur di semua kalangan?
> Katanya media itu sebagai alat pencerdasan? kok
> malah meraup
> keuntungan dengan cara eksloitatif dan
> membodohkan???
>
> Sungguh saya tak habis pikir. Sepertinya harus ada
> yang mengambil
> inisiatif tanpa harus menunggu keajaiban2. tapi
> siapa yang mau
> memulai? saya? anda? kita??? atau dengan gerakan
> penyadaran di tengah2
> masyarakat kita sendiri?? atau mungkin ada sutradara
> yang mau membuat
> film atau sinetron yang meng-counter pembodohan
> ini???
>
> Bagaimana menurut anda?????
>
> Hasta la victoria siempre.....
>
>
> (Penulis adalah pejuang perubahan "Gerakan Mahasiswa
> '98, tinggal di
> Jakarta)

salam pembebasan!!!

Kalau dicermati segala macam tayangan tv yang ada sekarang ini bikin
saya secara pribadi mengelus2 dada (kadang2 memaki!)
Coba saja anda bayangkan.

1. Tayangan bersifat sosial seperti "Aku Ingin Pulang", "Uang Kaget"
dst, bagi saya hanya satu tayangan yang mengeksploitasi kemiskinan
orang lain. Dengan membantu "ala kadar"nya si produser dapat meraup
keuntungan berlipat ganda!! dari iklan-iklan dan sponsor acara.
Memang saya sadar betul bahwa dalam kapitalisme, meraup laba dengan
cara apapun adalah KEHARUSAN Tapi kalau memang cara mengeksploitasi
kemiskinan orang, apakah ini wajar??? atau memang sesuai dengan ajaran
agama (bagi yang mengaku beragama)Sungguh ini adalah kejahatan yang
terselubung.
Pernah sekali penulis berdiskusi masalah ini dengan seorang teman yang
apatis dan pragmatis. komentarnya " Kalo gak begini, siapa lagi yang
mau tolong mereka?"
Penulis menjawab "Ya jelas harusnya pemerintah yang bertanggung jawab!"
Tapi jawaban itu hanya sekedar lalu saja, karena biar bagaimanapun
pemerintah tetap merupakan beking dari para industrialis, para pemilik
modal yang selalu mengawasi kebijakan-kebijakan yang diambilnya.
Akhirnya penulis mengambil kesimpulan bahwa eksploitasi kapitalisme
telah merubah kedoknya dengan menggunakan topeng malaikat, iblis
berwajah malaikat!!!

2. Tayangan yang bersifat religi seperti film-film yang tidak bisa
dipertanggung jawabkan secara rasional. film-film yang katanya
bermaksud untuk menyadarkan pemirsanya dari perbuatan jahat dan
tercela, ternyata dari awal sampai akhir hanya mempertontonkan
kengerian dari wajah2 hantu tradisional atau resiko yang ditanggung
bagi pelaku kejahatan. dan ini sangat jauh dari kenyataan. Apa memang
benar ada pelaku kejahatan yang mendapat hukuman secara gaib? kalau
anda pernah menyaksikan salah satu peristiwanya dalam dunia nyata
silahkan kasih komentar ke saya. Kalau seandainya memang ada,
bagaimana dengan pejabat-pejabat korup yang makan uang rakyat????
sampai saat ini mereka masih tenang-tenang aja, bahkan terkesan
"Untouchable".Malahan karena tayangan semacam ini, masyarakat dibikin
ngeri dan diracuni rasionalitasnya. Sungguh suatu keadaan yang
memprihatinkan.

Katanya merdeka sudah lebih dari enam puluh tahun yang lalu? kok
pembodohan masih tumbuh subur di semua kalangan?
Katanya media itu sebagai alat pencerdasan? kok malah meraup
keuntungan dengan cara eksloitatif dan membodohkan???

Sungguh saya tak habis pikir. Sepertinya harus ada yang mengambil
inisiatif tanpa harus menunggu keajaiban2. tapi siapa yang mau
memulai? saya? anda? kita??? atau dengan gerakan penyadaran di tengah2
masyarakat kita sendiri?? atau mungkin ada sutradara yang mau membuat
film atau sinetron yang meng-counter pembodohan ini???

Bagaimana menurut anda?????

Hasta la victoria siempre.....


(Penulis adalah pejuang perubahan "Gerakan Mahasiswa '98, tinggal di
Jakarta)
Terima kasih sudah singgah di blog ID CREATIVE   «« jangan lupa tinggalkan komentarnya "thanks.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Powered by Blogger